Jakarta, CNN Indonesia --
Kualitas udara belakangan menjadi perhatian publik setelah polusi di Ibu Kota Jakarta terasa semakin memburuk menyusul musim panas yang cukup ekstrem saat ini.
Pada Minggu (13/8) misalnya, kualitas udara di Ibu Kota Jakarta kembali menduduki posisi pertama sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 170 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5.
Tak hanya Jakarta, kota bahkan negara lain juga tengah menghadapi masalah serupa. Polusi udara belakangan memburuk menyusul musim panas yang juga tengah menghampiri sejumlah negara.
Berikut tujuh negara yang memiliki polusi udara paling parah di dunia menurut rangkuman CNN Internasional pada 2022:
7. Kuwait
Kuwait menjadi salah satu dari tujuh negara dengan kualitas udara paling buruk di dunia pada 2022 dengan rata-rata polusi udara lebih dari 50 mikrogram per meter kubik, berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Studi tersebut mengamati secara khusus partikel halus disebut PM2.5 yang merupakan polutan terkecil dan paling berbahaya.
Berdasarkan situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas udara Kuwait saat ini pun berada di kategori tidak sehat dengan rata-rata indeks US AQI 151. Semakin rendah indeks US AQI, berarti kualitas udara semakin baik dan bersih.
Sebagai perbandingan, salah satu kota dengan kualitas udara paling bersih, Islandia, memiliki rata-rata indeks US AQI 14.
[Gambas:Video CNN]
Kuwait merupakan salah satu negara penghasil minyak di Teluk Persia, Timur Tengah. Faktor utama penyumbang polusi udara di Kuwait pun berputar di antara pembakaran bahan bakar fosil, ekstrasi minyak, pengeboran, dan aktivitas pengolahan minyak mentah lainnya.
Selain aktivitas pengolahan minyak yang dilakukan pabrik-pabrik, peningkatan kehidupan perkotaan dan pembangunan yang pesat juga menjadi penyumbang besar polusi udara di Kuwait.
6. Burkina Faso
Burkina Faso ada di peringkat enam negara dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Saat ini, indeks US AQI Burkina Faso tercatat mencapai 155 dengan kategori kualitas udara yang tidak sehat.
Polusi udara menjadi salah satu masalah lingkungan paling akut yang dihadapi negara di Afrika Barat ini.
Menurut salah satu Program Lingkungan PBB (UN Environment Programme/UNEP), polusi udara dalam ruangan bertanggung jawab atas 8,5 persen morbiditas umum. Pada 2002 tercatat ada 21.500 kematian akibat polusi udara dalam ruangan.
Kegiatan sosial dan ekonomi seperti pertanian hingga rumah tangga menjadi salah satu faktor penyumbang polusi udara terbesar di Burkina Faso.
Aktivitas pembukaan hutan menjadi lahan dengan metode pembakaran juga masih marak terjadi di negara ini sehingga memperburuk polusi udara.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
5. Bangladesh
Menurut IQAir, kualitas udara Bangladesh juga dalam kategori tidak aman dan tidak sehat dengan indeks US AQI 156.
Negara tetangga India ini memiliki banyak sumber polusi udara. Namun, faktor utama penyumbang polusi udara terbesar di Bangladesh berasal dari penggunaan kendaraan. Terlebih, di Bangladesh mayoritas kendaraan masih memakai bahan bakar diesel dengan pengecekan standar emisi yang tidak dikontrol dengan baik.
Pabrik-pabrik di Bangladesh juga masih menggunakan mesin kuno dengan bahan bakar solar dan batu bara yang memuntahkan asap hitam pekat ke udara.
4. Bahrain
Kualitas udara Bahrain saat ini menjadi yang terburuk di dunia dengan indeks US AQI mencapai 157 dengan kategori tidak sehat. Ibu Kota Manama sendiri mencapai indeks US AQI 163.
Sama seperti kebanyakan negara penghasil minyak lain, sebagian besar sumber polutan di Bahrain berasal dari emisi pengolahan industri minyak. Selain itu, badai pasir, pembuatan pupuk, dan penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi juga menjadi penyumbang polusi udara Bahrain.
Negara kerajaan di Timur Tengah ini pun mulai mengambil langkah serius untuk menghemat energi dan melirik penggunaan tren energi hijau dan terbarukan.
Bahrain Petroleum Company (Bapco), perusahaan minyak utama negara itu, mengimplementasikan RGDP Proyek Refinery Gas Desulphurisation untuk menghilangkan belerang dari gas kilang.
Proyek ini dianggap sebagai salah satu program perlindungan terhadap lingkungan penting yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas udara dan lingkungan Bahrain.
3. Pakistan
Menurut IQAir, kualitas udara Pakistan juga dalam kategori tidak sehat dengan indeks US AQI 159.
Salah satu kota yakni Lahore di Punjab bahkan mencapai indeks US AQI 173. Padahal, Kota Lahore dijuluki sebagai City of Gardens.
Penggunaan kendaraan tanpa kontrol emisi dan industri pabrik menjadi penyumbang polusi terbesar Pakistan. Di musim dingin, pembakaran kayu sebagai penghangat juga memperburuk polusi udara Pakistan.
Pabrik baja yang masih bergantung pada bahan bakar batu bara hingga pembakaran sampah di kalangan rumah tangga juga membuat polusi udara di Pakistan semakin pekat dan memburuk.
2. Irak
Irak menjadi negara kedua dengan kualitas udara paling buruk saat ini. Indeks US AQI Irak mencapai 164 dengan kategori tidak sehat.
Kota paling berpolusi di Irak diisi oleh Ibu Kota Baghdad. Polusi udara yang memburuk ini diperparah dengan musim panas ekstrem yang sempat melanda Irak beberapa waktu terakhir.
Sekitar pertengahan Juli lalu, suhu di Baghdad sempat tercatat melebih 50 derajat Celsius.
Dikutip Amwaj Media, kualitas udara yang buruk di Irak ini adalah hasil dari emisi kendaraan, polusi akibat perang, penggunaan generator untuk listrik karena infrastruktur listrik yang buruk, dan aktivitas kilang minyak dan gas.
Meski Irak telah meratifikasi Kesepakatan Iklim Paris pada 2016 dan memiliki undang-undang yang membatasi pembuangan emisi, dalam pemerintah dalam praktiknya tidak berbuat banyak dalam mengurangi polusi skala besar.
1. Chad
Chad saat ini menjadi negara dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Indeks US AQI Chad mencapai 169 dengan kategori kualitas udara tidak sehat serta tidak aman.
Polusi dari dalam ruangan adalah kontributor terbesar polusi udara di Chad. Penyebab lain penurunan kualitas udara di Chad adalah pembakaran sampah yang masih menjadi praktik umum di kalangan masyarakat
Aktivitas industri minyak, tekstil, dan pengepakan daging, emisi kendaraan, dan pembakaran limbah juga menjadi penyumbang terbesar polusi udara di Chad.
Apalagi, 100 persen kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di Chad pada 2010 masih bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti batu bara.
Polusi dari industri pertambangan dan ekstraksi minyak bumi juga turut memperburuk kualitas udara Chad. The Bodele Depression, yang terletak di tepi selatan Gurun Sahara, Afrika, adalah salah satu sumber debu udara terbesar di dunia.