Perang antara Rusia dan Ukraina kembali memanas setelah pasukan Kyiv disebut-sebut mulai merangsek ke Kota Mariupol menggunakan bom klaster yang kontroversial dari Amerika Serikat.
Pasukan Ukraina dilaporkan telah merebut wilayah dekat Mariupol di desa Urozhaine dengan bantuan bom klaster sejauh ini, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengonfirmasi bahwa pihaknya berhasil merebut kembali desa Urozhaine pada Rabu (16/8) pagi waktu setempat.
Kru CNN ikut dalam rombongan pasukan marinir Divisi ke-35 di pinggiran Kota Mariupol yang kini dikuasai pasukan Rusia.
Pasukan Ukraina kemudian memuntahkan artileri berat agar pihak lawan tak bisa masuk ke desa setelah Rusia menembaki pasukan Kyiv yang menguasai daerah itu.
Video dari drone menampilkan pertempuran sengit dua pihak dan terlihat pula lusinan pasukan Rusia meninggalkan sisi selatan Desa Urozhaine.
Sebanyak dua pengamat militer yang enggan diungkap identitasnya meyakini bahwa Ukraina menggunakan bom klaster untuk membombardir pasukan Rusia.
Sebelumnya, AS sempat dikecam Rusia karena berencana mengirim bom klaster yang merupakan senjata kontroversial.
Dilansir CNN, bom klaster atau yang disebut juga bom tandan adalah bom berupa tabung yang berisi puluhan hingga ratusan bom kecil atau submunisi.
Tabung ini bisa dijatuhkan dari pesawat terbang, diluncurkan dari rudal atau ditembakkan dari artileri, senjata angkatan laut maupun peluncur roket.
Bom klaster bisa meledak pada ketinggian yang ditentukan, tergantung pada area target yang dituju, dan bom di dalamnya akan tersebar di area itu.
Submunisi ini diatur dengan pengatur waktu untuk meledak lebih dekat ke atau di tanah, yang akan menyebabkan pecahan peluru untuk membunuh pasukan hingga menghancurkan kendaraan lapis baja seperti tank.
Sementara itu, komandan kompi penyerangan Ukraina yang akrab disapa Dykyi mengatakan tentang momen kekalahan Rusia di pertempuran itu.
"Amat banyak (tentara Rusia) yang tewas, terutama ketika mereka lari," ujarnya.
Sejumlah video memperlihatkan puluhan tentara Rusia kocar-kacir di sepanjang rute terbuka. Mereka terpaksa memilih kabur lewat jalan aspal setelah wilayah pepohonan banyak yang dipasang ranjau.
Banyak pula warga Rusia yang berkumpul dalam jumlah besar di rumah-rumah yang dihantam artileri.
Lihat Juga : |
"Banyak sekali dari mereka yang mati," ujar Dykyi yang menyebut penggunaan mortar dan tank di jalur itu, namun enggan menjawab soal bom klaster.
Video drone juga memperlihatkan tank Ukraina merangsek ke posisi Rusia, menembak dan menyeret kabel yang terpasang untuk menyapu ranjau.
Ranjau-ranjau itu kemudian meledak untuk memastikan unit pasukan Ukraina aman maju ke zona pertempuran berikutnya.
(bac)