Jakarta, CNN Indonesia --
Niger diguncang dengan kudeta militer menggulingkan Presiden Mohammed Bazoum bulan lalu.
Kudeta itu mengundang reaksi keras sejumlah negara Blok Afrika Barat. Pasalnya, kudeta itu merupakan kemerosotan demokrasi di Niger menjadi negara yang dipimpin diktator junta militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggulingan presiden di Niger atas kediktatoran tidak hanya sekali terjadi. Sebelumnya Presiden Diori juga digulingkan pada kudeta pada Tahun 1974 diganti kediktatoran militer memimpin pemerintahan hingga Tahun 1987, seperti dikutip dari New York Post.
Niger menjadi harapan bagi negara-negara di Afrika yang mampu menjalankan sistem demokrasi.
Nyatanya, presiden Niger yang terpilih melalui jalur demokrasi tetap digulingkan oleh kediktatoran yang kali ini datang dari pemimpin militer. Tidak hanya Niger, terdapat sejumlah negara di Afrika yang dikuasai oleh pemimpin diktator.
[Gambas:Video CNN]
Pemimpin diktator sering dikaitkan oleh masa jabatan presiden yang terlalu lama dan berefek buruk pada negara.
Berikut daftar negara-negara di Afrika yang dikuasai oleh pemimpin diktator.
Guinea Ekuatorial
Presiden Teodoro Obiang Ngueam Mbasogo menjabat sebagai Presiden Guinea sejak tahun 1979. Hingga saat ini, Presiden Obiang telah memimpin Guinea selama 43 tahun.
Hal ini membuat Presiden Obiang dinobatkan sebagai presiden terlama yang menjabat di dunia. Dikutip dari CBSNews.com, Presiden Obiang disebut sebagai presiden yang diktator karena pemerintahannya yang penuh dengan kekerasan dan korupsi.
Dilansir dari Human Right World, terdapat beberapa bukti kediktatoran Presiden Obiang. Seorang guru ditangkap karena argumennya yang mengecam korupsi Guinea di sosial media.
Malanutrisi ekstrem terjadi pada anak-anak walaupun Guinea memiliki kekayaan alam melimpah. Partai Obiang memonopoli politik dengan membubarkan partai yang menduduki satu-satunya parlemen milik oposisi.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Uganda
Presiden Yoweri Museveni telah memimpin Uganda sejak tahun 1986. Sampai saat ini, Presiden Yoweri telah menjabat selama 37 tahun. Presiden Yoweri sangat dipuja pada awal kepemimpinannya karena dianggap sebagai pembebas masyarakat Uganda dan pembawa perdamaian.
Menurut media Britannica, Presiden Yoweri dikenal juga karena perannya dalam merevitalisasi negara, menstabilkan politik, membuat perekonomian tumbuh pesat, dan memperbaiki infrastruktur Uganda.
Namun, semakin lama pemerintahan Presiden Yoweri berubah semakin diktator. Presiden Yoweri berusaha untuk membungkam partai-partai oposisi dan media-media. Human Right Watch menuntut pembebasan presiden partai oposisi, Joseph Kabuleta yang ditangkap oleh pasukan keamanan setelah mengkritik pemerintah, seperti dikutip VOANews.
Dilansir dari The Guardian News, bahkan Presiden Museveni bahkan memainkan undang-undang terkait LGBT untuk meningkatkan dukungan.
Eritrea
Presiden Eritrea, Isaias Afewerki sudah menjabat sejak tahun 1993. Hingga sekarang, Presiden Afewerki telah menjabat selama 30 tahun.
Presiden Afewerki dikenal akan sikap tempramentalnya yang membuat ketidakpastian pada pemerintahan di bawahnya. Seseorang bisa ditangkap pada hari ini dan dianggap menjadi pemimpin keesokan harinya atas perintah Presiden Afewerki.
Hal ini terjadi pada salah satu perwira komando Angkatan Darat pada seminar publik yang didakwa korupsi. Dakwaan tidak berdasar ini membuatnya melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali. Akan tetapi, secara mengejutkan ditetapkan sebagai kepala keamanan negara.
Dikutip dari africasacountry.com, Presiden Afewerki bahkan mendukung jajaran pemerintahan dan militer untuk melakukan korupsi asalkan tetap setia kepadanya.
Rwanda
Presiden Paul Kagame menjabat sebagai presiden sejak tahun 2000. Total masa jabatan Presiden Kagame hingga saat ini adalah 23 tahun. Masa jabatan ini berpotensi terus berlanjut sampai tahun 2034.
Berbeda dengan pandangan akan presiden diktator lainnya, Presiden Kagame dinilai tidak haus akan kekuasaan dan mementingkan keuntungan pribadi. Namun, Presiden Kagame tetap berupaya menekan pihak-pihak oposisi dan media-media.
Presiden Kagame tidak segan-segan mengasingkan atau membunuh wartawan dan tokoh oposisi yang berbeda pandangan.
Dilansir dari The Guardian News, tokoh oposisi, Seif Bamporiki sebagai koordinator Kongres Nasional Rwanda ditembak mati saat mengantar furniture di Kota Nyanga. Seorang mantan kepala intelijen, Patrick Karegeya bahkan dicekik mati di kamarnya pada Tahun 2014.