Tidak sampai situ, Habib Umar juga dikenal karena nasabnya yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Menurut Saleh, umat Islam tentu mencintai beliau sebagaimana mencintai Rasulullah.
"Sebagai keturunan Rasulullah, maka umat Islam Indonesia yang mayoritas bermazhab ahlussunah wal jama'ah pasti mencintai beliau sebagai bentuk cinta kepada 'kakeknya' Nabi Muhammad. Maka tidak heran ketika berkunjung ke Indonesia masyarakat selalu menyambutnya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ismail juga punya pandangan mengenai ketenaran Habib Umar di Indonesia. Ismail berujar dahulu sebelum sang ulama moncer, ia pernah diundang ke Indonesia dan menyampaikan dakwah-dakwah di sejumlah acara keagamaan.
Kunjungannya pada 1993 itu pun membuat nama Habib Umar mentereng di RI. Sebab, banyak Muslim yang terpukau akan ceramahnya hingga memutuskan mengirim anak-anak mereka mengenyam pendidikan bersama sang Ulama.
"Di sini beliau memukau jemaah yang hadir di acara-acara maulid dan haul yang ada di Indonesia. Nah kemudian banyak ulama di Indonesia menitipkan putra-putra mereka untuk dididik oleh Habib Umar. Ada 40 orang anak Indonesia dititipkan, dibawa oleh Habib Umar ke Tarim yang kemudian menjadi cikal bakal pesantren beliau Darul Musthofa," ujar Ismail.
"Makanya itu Habib Umar sejak itu selalu datang ke Indonesia setiap tahun untuk membawa kembali murid-murid yang sudah dititip dan membawa kembali ke Tarim murid-murid Indonesia yang baru, yang dititip. Jadi memang hubungan dengan Indonesia itu tidak pernah putus."
Habib Umar menjadi salah satu ulama yang kerap mejeng di jajaran Muslim paling berpengaruh di dunia versi The Muslim 500.
Ulama kelahiran Tarim pada 1963 ini sejak kecil akrab dengan Al Quran, Fiqih, dan berbagai ilmu keagamaan lain.
Ia pernah mengalami masa sulit saat Yaman berada di bawah pemerintahan komunis pada 1967. Ketika itu, pihak berwenang Yaman Selatan berupaya menghapus ajaran Islam dari masyarakat.
Mereka menekan dan mempersekusi para ulama dan menutup secara paksa institusi keagamaan. Di tengah gejolak ini, ayah Umar, Habib Muhammad, tak gentar mengajarkan Islam, demikian dikutip Muwasala.
Aktivitas itu membuat dia dipantau ketat pasukan keamanan. Hingga suatu ketika, Umar menyaksikan sang ayah diculik segerombolan orang setelah salat Jumat.
Sejak saat itu, ia tak pernah lagi melihat ayahnya. Kondisi ini, membuat Umar ingin menggantikan ayahnya untuk berdakwah.
(blq/bac)