Prigozhin Tewas dalam Kecelakaan Pesawat, Bagaimana Nasib Wagner?

CNN Indonesia
Jumat, 25 Agu 2023 15:19 WIB
Nasib Wagner Group usai bosnya Yevgeny Prigozhin diduga tewas dalam kecelakaan pesawat. Foto: AFP/OLGA MALTSEVA
Jakarta, CNN Indonesia --

Nasib tentara bayaran Wagner Group menjadi sorotan, setelah bosnya Yevgeny Prigozhin diduga tewas dalam insiden pesawat jatuh di Tver, Rusia, Rabu (23/8).

Wagner hingga kini belum merilis keterangan resmi terkait kematian Prigozhin. Namun, otoritas penerbangan Rusia dan Presiden Vladimir Putin memberi sinyal bahwa Prigozhin meninggal dunia usia kecelakaan.

Dalam kecelakaan maut itu ada juga salah satu pendiri Wagner Group, Dmitry Utkin, yang diduga tewas dalam insiden. Dengan demikian, nasib Wagner kini menjadi terombang-ambing sebab bukan cuma nyawa Prigozhin saja yang terenggut, tetapi juga orang kepercayaannya.

Lantas bagaimana nasib Wagner kini?

Mantan menteri pertahanan Amerika Serikat sekaligus mantan direktur CIA, Leon Panetta, mengatakan kepada CNN bahwa Rusia kemungkinan bakal mencoba mengambil alih Wagner.

Panetta mengatakan Rusia tampaknya tak akan bisa memercayakan Wagner bergerak sendiri, terutama setelah upaya pemberontakan Juni lalu.

"Saya pikir mereka akan sangat khawatir mengizinkan orang-orang ini untuk terus beroperasi sendiri," kata Panetta, seperti dikutip CNN.

Ia kemudian melanjutkan, "Jadi saya tidak akan terkejut jika mereka mengambil kendali Wagner Group di Afrika, Asia, dan di mana pun mereka berada. Karena itu, saya pikir orang-orang di Wagner juga harus khawatir atas nyawa mereka sendiri."

Pada 23-24 Juni lalu, Wagner melakukan pemberontakan di Rusia dengan maksud menggulingkan para petinggi militer dan Kementerian Pertahanan. Aksi ini pun berujung kesepakatan antara Wagner dan pemerintah Rusia lewat mediasi Belarus.

Dalam kesepakatan ini, Rusia setuju membiarkan Wagner pergi ke Belarus tanpa menjatuhkan hukuman atas kekacauan mereka. Sejak itulah Wagner mulai banyak beroperasi di negara tetangga Rusia tersebut.

Selain di Belarus, Wagner juga sering dikabarkan beroperasi di Afrika, salah satunya di Mali. Junta militer Mali mempekerjakan Wagner untuk memberantas kelompok-kelompok ekstremis yang marak di perbatasan negara itu dengan Burkina Faso dan Niger.

Meski begitu, sejumlah investigasi CNN maupun kelompok hak asasi manusia menunjukkan bahwa Wagner diduga melakukan kekejaman bukan cuma terhadap kelompok teroris, melainkan juga terhadap penduduk sipil di Mali dan Republik Afrika Tengah. Karena itu, Wagner dicap sebagai organisasi kriminal transnasional.

Sementara itu, selain kemungkinan diambil alih Rusia, Wagner juga dikabarkan bakal mencari pengganti Prigozhin. Menurut The Guardian, beberapa nama telah mencuat untuk ditetapkan sebagai pengganti Prigozhin.

Seperti misalnya prajurit senior Wagner Andrey Troshev, yang bahkan diusulkan langsung oleh Presiden Vladimir Putin. Dikutip dari CNN, Putin mengusulkan Troshev saat bernegosiasi dengan Wagner, lima hari pasca pemberontakan.

Menurut outlet Kommersant, Putin mengatakan kepada para prajurit bahwa di antara berbagai pilihan pekerjaan yang dia tawarkan, salah satunya yaitu Wagner harus berperang di bawah komandan langsung mereka, yakni pria yang dipanggil 'Sedoy' (Andrey Troshev).

"Mereka semua bisa berkumpul di satu tempat dan terus mengabdi. Tidak ada yang berubah bagi mereka. Mereka akan dipimpin oleh orang yang sama yang telah menjadi komandan mereka selama ini," kata Putin.

Nasib Wagner tanpa Prigozhin juga bisa diartikan sebagai 'kematian' Wagner. Sebab orang-orang penting di Wagner berada dalam insiden nahas tersebut.

Di samping itu, para prajurit Wagner juga belakangan mulai tak lagi semangat mengabdi, salah satunya di Belarus. Menurut laporan baru-baru ini, ratusan prajurit Wagner di Belarus mulai meninggalkan wilayah itu karena tidak puas dengan upah serta keinginan untuk pindah tugas di barat Afrika, yang belakangan tengah ramai kudeta.

Kekuatan Wagner di Belarus pun berkurang dari sebelumnya 5.000 lebih menjadi sekitar seperempatnya.

Analis militer sekaligus mantan wakil marsekal udara Sean Bell juga menilai bahwa Wagner bukanlah apa-apa tanpa Prigozhin.

"Jika Wagner adalah Yevgeny Prigozhin, maka sulit untuk melihat bagaimana Wagner akan bertahan. Ini adalah akhir dari Wagner seperti yang kita ketahui," ucapnya, seperti dikutip The Guardian.

(blq/dna)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK