Analis Ungkap Wagner Masih Merajalela di Afrika Meski Prigozhin Tewas

CNN Indonesia
Selasa, 29 Agu 2023 19:22 WIB
Ilustrasi. Pasukan Wagner Group. (AP/)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pengamat militer menyebut pasukan bayaran Wagner Group masih merajalela meski sang pemimpin, Yevgeny Prigozhin, tewas.

Wagner dilaporkan tewas dalam kecelakaan pesawat pribadi di wilayah Tver, Rusia, pekan lalu bersama sembilan penumpang lainnya.

Masa depan pasukan bayaran swasta dari Rusia itu pun dipertanyakan setelah kematian Prigozhin dan sejumlah orang dekatnya dalam pesawat itu.

Meski demikian, analis militer yang pernah membuat buku tentang Wagner Group, John Lechner menyebut pasukan bayaran itu masih kuat menancapkan pengaruh mereka di negara-negara Afrika.

"Prigozhin sangat berkharisma yang punya kemampuan manajerial dan bisnis luar biasa untuk menyatukan semua entitas dan orang-orang yang berbeda," kata Lechner seperti dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, pengamat militer dari CSIS, Cameron Hudson, meyakini bahwa pengaruh Wagner Group membantu sejumlah penguasa di negara-negara Afrika mengusir milisi musuh-musuh mereka masih amat kuat.

"Tidak banyak berubah di wilayah seperti Republik Afrika Tengah dan Mali karena mereka sudah menjalin hubungan dan kontrak," tutur Hudson.

"Dan orang-orang Rusia (dari Wagner) mengatakan mereka akan menghormati kontrak tersebut," ujarnya lagi.

Namun, Hudson belum yakin Wagner bisa memperluas pengaruh mereka ke negara-negara lain di Afrika setelah Prigozhin meninggal.

"Pertanyaan sebenarnya adalah apa yang terjadi di negara-negara di mana Wagner berupaya memperluas kehadiran mereka seperti di Burkina Faso dan Niger? Mungkinkah perluasan (Wagner) berlanjut di bawah pemerintah Rusia?" tutur Hudson.

Upaya Prigozhin untuk mengkudeta pemerintahan Presiden Vladimir Putin dua bulan lalu semakin memperuncing konflik antara pasukan itu dengan militer Rusia.

Situasi itu juga disebut membuat negara-negara Afrika yang dibantu Wagner semakin bingung menyikapinya.

Pemerintah Republik Afrika Tengah bahkan segan menyebut nama Wagner dan menggantikannya dengan sebutan instruktur dari Rusia.

"Otoritas Afrika Tengah tak pernah merasa nyaman. Mereka tidak tahu pihak mana yang harus dipuji atas bantuan dari Wagner," tutur analis senior dari International Crisis Group, Charles Bouessel.

"Kadang mereka berterima kasih kepada otoritas Rusia, dan kadang berterima kasih kepada Prigozhin. Tapi pada dasarnya mereka ingin bantuan ini berlanjut dan mereka amat berhati-hati mengekspresikan pendapa mereka (soal kematian Prigozhin) secara pribadi," ujarnya lagi.

(tim/bac)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK