Setelah gempa merenggut ribuan korban jiwa itu, Pemerintah Maroko mendeklarasikan tiga hari berkabung nasional.
"Tiga hari berkabung nasional sudah diputuskan, dengan pengibaran bendera setengah tiang di semua bangunan umum," bunyi pernyataan yang diterbitkan kantor berita resmi MAP setelah Raja Mohammed VI memimpin pertemuan yang membahas bencana itu, diberitakan AFP, Sabtu (9/9).
Raja Mohammed VI setelah diberi pengarahan oleh para pejabatnya memerintahkan pembentukan komisi untuk penerapan rehabilitasi dan bantuan darurat untuk membangun kembali perumahan yang hancur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga diberi arahan untuk memberi perawatan kepada orang-orang terdampak khususnya anak yatim dan kelompok rentan.
Raja juga memerintahkan akomodasi makanan dan semua kebutuhan dasar lainnya tersedia bagi yang membutuhkan. Selain itu, dia juga membentuk rekening khusus di bank sentral untuk sumbangan bantuan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa magnitudo 6,9 itu merupakan yang terbesar sepanjang sejarah negara Maroko.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko.
Episenter gempa ini terletak pada koordinat 31.01° lintang utara dan 8.46 derajat bujur barat, tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal, yakni pada 28 kilometer.
"Gempa berkekuatan Mw6,9 ini merupakan gempa utama (mainshock) dan yang terbesar dalam catatan sejarah yang pernah terjadi di Maroko. Laporan terkini menunjukkan bahwa gempa tersebut menimbulkan kerusakan dengan korban jiwa meninggal," kata Daryono dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Sabtu (9/9).
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault), yang mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) yang terjadi pada zona tektonik sumber gempa tersebut.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Rabat, Maroko menyatakan hingga saat ini tidak ada informasi yang menyebut ada korban warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa.
Hal tersebut disampaikan setelah pihak KBRI berkoordinasi dengan otoritas setempat dan komunitas Indonesia.
"Hingga saat ini tidak terdapat informasi adanya korban WNI," ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu Judha Nugraha dalam keterangan tertulis, Sabtu kemarin.
Judha juga menyebut bahwa para Delegasi Indonesia di Marakesh yang sedang mengikuti The 10th International Conference on UNESCO Global Geoparks 2023 juga terpantau aman.
(mrh/bac)