ANALISIS

ASEAN dan Isu Myanmar hingga Laut China Selatan yang Terkatung-katung

CNN Indonesia
Selasa, 12 Sep 2023 07:04 WIB
Keketuaan RI resmi berakhir menyusul KTT ASEAN ke-43 di Jakarta yang telah rampung. Sejumlah pihak tak puas dengan hasil KTT yang dinilai jauh dari harapan.
Keketuaan RI resmi berakhir menyusul KTT ASEAN ke-43 di Jakarta yang telah rampung. Sejumlah pihak tak puas dengan hasil KTT yang dinilai jauh dari harapan. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menutup konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN ke-43 di Jakarta pada Kamis (7/9). Dengan ini, keketuaan Indonesia di ASEAN selama setahun akhirnya rampung.

Pertemuan puncak ini menghasilkan sejumlah kesepakatan dan dokumen. Pengamat menyampaikan apresiasi sekaligus kritik ke Indonesia selama menjadi ketua terutama soal krisis Myanmar dan kode etik atau Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyoal krisis Myanmar, Kepala Departemen Hubungan Internasional CSIS Indonesia, Lina Alexandra, mengatakan terdapat pernyataan-pernyataan dari deklarasi KTT yang sifatnya jauh lebih kuat dari sebelumnya.

"Pada tataran tertentu saya rasa menunjukkan adanya soliditas dan kesatuan ASEAN. Tentu, patut kita apresiasi," kata Lina saat diskusi hasil KTT ASEAN ke-43 yang disiarkan di YouTube CSIS Indonesia.

Kesatuan itu, lanjut dia, tercermin usai kepala negara melewatkan Myanmar menjadi ketua ASEAN 2026, yang kemudian diganti Filipina.

Selain itu, dalam dokumen "Chairman's Statement of the 43rd ASEAN Summit," ASEAN meminta junta menghentikan kekerasan dan menyerang kelompok sipil.

[Gambas:Video CNN]

ASEAN juga mengecam keras aksi kekerasan yang meningkat dan memperpanjang penderitaan rakyat Myanmar.

"Dalam hal ini, kami sangat serius prihatin dengan kurangnya kemajuan substansial dalam implementasinya oleh Otoritas di Myanmar, meskipun mereka berkomitmen terhadap 5PC April 2021," demikian dokumen itu.

Lina kemudian mempertanyakan penggunaan terminologi "otoritas di Myanmar". Menurut dia, frasa tersebut menimbulkan kebingungan soal siapa yang dimaksud.

"Yang ini semacam kerancuan tentang penyebutan otoritas Myanmar," ungkap dia.

[Gambas:Youtube]

Merujuk ke kesepakatan ASEAN, Myanmar tak diundang di pertemuan tingkat tinggi, misalnya pertemuan antar Menlu atau KTT.

Langkah itu diambil karena Myanmar dianggap mengabaikan konsensus lima poin yang sudah disepakati.

Lina mengungkapkan banyak pihak berharap ketidakhadiran perwakilan politik Myanmar bisa diikuti di forum lain.

"Banyak pertanyaan misalnya apakah ini bisa diterapkan di Pertemuan Menteri Pertahanan yang juga bisa dikategorikan pertemuan tingkat tinggi, jika tidak ada kemajuan signifikan 5 PC," ujar Lina.

Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN (ADMM) merupakan mekanisme konsultatif dan kerjasama pertahanan tertinggi di ASEAN. Pada Juni 2022, di bawah keketuaan Kamboja, Menhan Myanmar versi junta Jenderal Mya Tun Oo menghadiri ADMM.

Diplomasi senyap RI

Di kesempatan itu, Lina juga menyoroti upaya Indonesia yakni quite diplomacy atau diplomasi senyap untuk menyelesaikan krisis di Myanmar..

Pendekatan tersebut, lanjut dia, kadang perlu dilakukan untuk menciptakan situasi kondusif demi terciptanya dialog inklusif.

Namun, Lina juga mengatakan seharusnya Indonesia transparan terkait langkah tersebut dan menjelaskan ke mana arah diplomasi itu.

"Mengapa itu penting? Karena kalau tidak, akan menciptakan kebingungan bagi stakeholder di Myanmar terutama kelompok pro-demokrasi, dan negara anggota ASEAN sendiri," ujar Lina.

Ia kemudian berujar, "Sehingga tak heran ada manuver di samping yang dilakukan Indonesia sebagai ketua ASEAN."

Lina tak menjelaskan lebih lanjut pihak mana yang melakukan manuver selain Indonesia.

Namun, pada Juni lalu, Thailand menjadi sorotan usai menggelar rapat yang diklaim membantu ASEAN menangani krisis Myanmar di Pattaya.

Menurut laporan pertemuan itu dihadiri perwakilan tujuh anggota ASEAN, termasuk junta, China, dan India.

Setelah pertemuan rampung, Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai mengklaim ada kemajuan dan semua peserta rapat senang.

Lina lalu menjelaskan bahwa manuver dari pihak bisa saja dihindari dengan adanya mekanisme troika.

Langkah ini berupa konsultasi informal ke Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023, Laos, dan Malaysia yang akan menjadi ketua pada 2025.

"Mudah-mudahan mekanisme troika ini bisa mencegah adanya manuver-manuver yang tidak sejalan, tidak selaras dengan kerangka ASEAN," ucap dia.

Lina juga mengapresiasi mekanisme troika yang akan berlaku tahun depan.

"Ini titik awal, satu inisiatif yang baik dan menangkap masukan dari pihak yang mengamati itu Myanmar."

Meski demikian, Lina juga menegaskan mekanisme itu seharusnya punya peran yang lebih daripada sekadar titik awal.

Ia mempertanyakan apakah troika ini menjadi dasa meresmikan special envoy atau utusan khusus, mengingat ada tiga negara yang bertanggung jawab.

"Dan apa yang dihasilkan dari mekanisme trioka ini? Kalau dulu satu ketua yang bertanggung jawab memfasilitasi untuk menyelesaikan krisis di Myanmar, sekarang tiga," ungkap dia.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Konflik Laut China Selatan sampai Keanggotaan Timor Leste

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER