Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bicara soal upaya pembatalan pemilihan umum di Georgia pada 2020.
Trump mengaku merupakan keputusannya untuk mendorong klaim palsu bahwa dia memenangkan pemilu saat itu.
"Itu adalah keputusan saya, tapi saya mendengarkan beberapa orang," kata Trump saat wawancara dengan NBC, seperti dikutip dari CNN, Minggu (17/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump mengatakan dia menerima nasihat soal kekalahannya dari sejumlah orang tak lama setelah pemilihan digelar. Kendati begitu, dia tak percaya bahwa suaranya kalah dan sebaliknya merasa pemilu tersebut telah dicurangi.
"Saya mendengarkan orang-orang yang berbeda, dan ketika saya menjumlahkan semuanya, pemilu tersebut telah dicurangi," ucap dia.
"Anda tahu siapa yang saya dengarkan? Saya sendiri. Saya melihat apa yang telah terjadi," lanjut dia.
Trump didakwa atas dugaan membatalkan hasil pemilihan umum di Georgia pada 2020 silam.
Menurut dakwaan tersebut, eks presiden berusia 77 tahun itu tahu bahwa suaranya kalah setelah diberi tahu oleh ajudan dekatnya. Namun, dia tetap menyebarkan informasi ke publik bahwa ia menang.
Terkait hal ini, Trump menyampaikan dirinya tidak mendengarkan pengacaranya yang mengatakan bahwa dia kalah dalam pemilihan karena menurutnya mereka tak betul-betul seorang Republikan.
"Anda mempekerjakan mereka, Anda belum pernah bertemu dengan orang-orang ini, Anda mendapat rekomendasi, mereka ternyata RINO (Republikan cuma nama saja), atau mereka ternyata tidak begitu baik. Dalam banyak kasus, saya tidak menghormati orang semacam itu," kata Trump.
"Tapi saya menghormati orang lain. Saya menghormati banyak orang lain yang mengatakan pemilu itu dicurangi."
Berdasarkan dakwaan, usai kalah pemilihan, Trump mencoba berbagai cara untuk membatalkan hasil pemilu. Salah satunya menekan Menteri Luar Negeri Georgia Brad Raffensperger dan para pejabat lain untuk "menghitung ulang" suara dan "menemukan" cukup suara agar dia menang.
Tak sampai situ saja, Trump juga mencoba mendatangkan sejumlah pemilih palsu di tujuh negara bagian untuk menyebarkan fitnah.
Komite pemilihan Dewan Perwakilan Amerika Serikat yang menyelidiki tindakan Trump menjelang pemberontakan 6 Januari 2021 juga berpendapat bahwa ada bukti yang menunjukkan Trump secara aktif bekerja untuk "mengirim surat suara Electoral College palsu ke Kongres dan Arsip Nasional".
"Bukti itu telah mengarah pada kesimpulan utama dan langsung, yaitu penyebab utama peristiwa 6 Januari adalah satu orang, yakni mantan Presiden Donald Trump. Tak satupun dari peristiwa 6 Januari bakal terjadi tanpa dia," tulis laporan komite.
Ini merupakan satu dari empat kasus pidana yang saat ini menjerat Trump. Eks presiden AS itu menghadapi empat dakwaan dalam kasus ini, termasuk tindakannya menghalangi proses resmi dan konspirasinya melakukan penipuan terhadap warga AS.
Trump sendiri mengaku tak bersalah atas seluruh dakwaan yang ditujukan kepadanya.
(blq/bac)