Negara Eropa Ini Ikut AS Cap Xi Jinping Diktator, China Ngamuk

CNN Indonesia
Rabu, 20 Sep 2023 14:39 WIB
China kembali dibuat geram oleh Amerika Serikat dan sekutunya lantaran mengecap Presiden Xi Jinping sebagai pemimpin diktator.
China kembali dibuat geram oleh Amerika Serikat dan sekutunya lantaran mengecap Presiden Xi Jinping sebagai pemimpin diktator. (AFP/NOEL CELIS)
Jakarta, CNN Indonesia --

China kembali dibuat geram oleh Amerika Serikat dan sekutunya lantaran mengecap Presiden Xi Jinping sebagai pemimpin diktator.

Setelah AS, kini Jerman yang blak-blakan menganggap Xi Jinping sebagai pemimpin bertangan besi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancaranya bersama Fox News, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengecap Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai contoh pemimpin diktator.

"Jika Putin memenangkan perang ini (invasi ke Ukraina), tanda-tanda apa lagi yang akan datang untuk para diktator lainnya di dunia, seperti Xi, seperti Presiden China tersebut?" ucap Baerbock saat ditanya soal invasi Rusia ke Ukraina.

China pun marah dengan pernyataan Baerbock tersebut sampai-sampai pemerintah pusat di Beijing memanggil duta besar Jerman, Patricia Flor, untuk memprotes perkataan menlunya tersebut.

Kementerian Luar Negeri China bahkan terang-terangan mengatakan "sangat tidak suka" dengan pernyataan Baerbock dan menentang klaim tersebut.

[Gambas:Video CNN]

"Pernyataan Jerman sangat tidak masuk akal dan benar-benar merusak martabat politik China, dan merupakan provokasi politik terbuka," kata juru bicara Kemlu China, Mao Ning, dalam jumpa pers di Beijing, seperti dikutip CNN pada Selasa (19/9).

Ini bukan pertama kalinya Xi Jinping dicap diktator oleh pihak asing. Pada Juni lalu, Presiden AS Joe Biden juga mengecap Xi sebagai diktator hingga memicu amarah Beijing.

Saat itu, Kemlu China mengecam komentar Biden, dengan mengatakan bahwa komentar tersebut "sangat bertentangan dengan fakta dasar dan sangat melanggar etika diplomatik."

Sementara itu, Jerman dan China memang telah lama memiliki hubungan diplomatik yang rumit, terutama sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 2022.

Relasi kedua negara merenggang karena penolakan China untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Meski begitu, Jerman telah berupaya memulihkan hubungannya dengan China dan di saat bersamaan mengurangi ketergantungan ekonominya kepada Negeri Tirai Bambu

Dalam makalah strategi nasional yang diterbitkan pada Juli lalu, Jerman menyebut China sebagai "mitra, pesaing, sekaligus saingan sistemik" dan mengumumkan akan mengurangi ketergantungannya pada Beijing di "sektor-sektor penting" termasuk obat-obatan, baterai litium yang digunakan dalam mobil listrik, dan elemen-elemen penting lainnya. untuk pembuatan chip.

"China telah berubah. Sebagai akibat dari hal ini dan keputusan politik China, kita perlu mengubah pendekatan kita terhadap China," bunyi dokumen tersebut.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER