Islam Sunni menjadi agama yang juga mendominasi negara Tajikistan. Secara umum, penduduk Tajikistan yang beragama Islam sebanyak 95 persen dan tiga persen Syiah. Masuknya Islam di Tajikistan dimulai pada abad ketujuh oleh bangsa Arab.
Upaya memasukkan pengaruh Islam pada masa Soviet tidak berjalan dengan baik karena paham komunis masih tertanam kuat dalam masyarakat. Setelah kemerdekaan Tajikistan, ideologi Islam baru berkembang pesat yang dibuktikan dengan maraknya praktik-praktik ajaran Islam dalam masyarakat.
Tekanan terhadap umat beragama yang dilakukan pemerintah juga dirasakan oleh masyarakat Tajikistan. Hingga saat ini, Tajikistan masih mempertahankan pemerintahannya yang sekuler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2005, Kementerian Pendidikan Tajik pernah mengeluarkan aturan larangan bagi siswa untuk mengenakan hijab bagi yang belajar di sekolah sekuler. Dilansir dari The Jamestown Foundation, pemerintah pernah menutup, menghancurkan, dan merombak 100 masjid di bagian utara Tajikistan sebagai upaya untuk mengendalikan Islam pada 2018.
Hal ini menimbulkan konflik antara masyarakat dengan pemuka agama setempat. Pemerintah juga membatasi pendidikan tinggi Islam di negara tersebut dengan hanya memperbolehkan satu sekolah pendidikan Islam saja.
Islam pertama kali masuk di Turkmenistan antara abad kesembilan dan kesepuluh setelah penaklukan Islam di Asia Tengah. Populasi penduduk muslim di Turkmenistan mencapai lebih dari 89 persen dengan menganut aliran Sunni, sedangkan masyarakat lainnya menganut agama Ortodoks Timur.
Serupa dengan negara pecahan Uni Soviet lainnya, Turkmenistan menganut sistem negara sekuler yang memisahkan urusan agama dengan politik negara. Namun, pemerintah tetap mengawasi kelompok-kelompok agama selain Islam Sunni dan Kristen Ortodoks yang telah terdaftar secara resmi.
Selama Turkmenistan di bawah pemerintahan Uni Soviet, praktek-praktek Islam sangat dibatasi oleh pemerintah.
Pemerintah Soviet menutup masjid dan sekolah, buku-buku berbahasa Arab dibakar dan umat muslim dilarang memegang jabatan politik. Kebijakan ini mulai longgar sejak 1970, tetapi beberapa batasan tetap berlaku.
Dilansir dari The Diplomat, terpilihnya presiden pertama Turkmenistan, Saparmurat Niyazov, mengubah propaganda Soviet menjadi nasionalisme Turkmenistan yang serupa dengan nilai-nilai Islam.
Itulah awal mula kebangkitan Islam di Turkmenistan yang terus berkembang sampai saat ini.
Tidak seperti negara pecahan Uni Soviet lain, agama Islam baru berkembang di Uzbekistan pada awal abad ke-20. Pasca runtuhnya Uni Soviet, paham komunis masih terus bertahan dalam masyarakat. Hingga kini, masyarakat Islam menghuni lebih dari 90 persen mayoritas populasi Uzbekistan.
Agama Islam pertama kali masuk di Uzbekistan pada abad kedelapan oleh bangsa-bangsa Arab yang datang ke wilayah Asia Tengah. Namun, kendali negara masih sangat kuat untuk membatasi masyarakatnya menganut agama Islam.
Keruntuhan Uni Soviet, jatuhnya pemerintahan yang otoriter, dan lunturnya paham komunisme menjadi awal perkembangan pesat Islam di Uzbekistan.
Dikutip dari The Diplomat, terpilihnya Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, pada Tahun 2016 membuat kepatuhan masyarakat terhadap Islam menjadi nyata.
Banyak wanita Uzbekistan yang mulai menggunakan hijab dan bercadar. Kemajuan teknologi informasi juga dimanfaatkan oleh imam-imam dan pemuka agama Islam untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap Islam.
(cpa/bac)