Pemerintah Arab Saudi menyerukan diakhirinya eskalasi kekerasan, sebagai buntut serangan mendadak dari militan Palestina Hamas ke Israel sejak Sabtu (7/10).
Kementerian Luar Negeri Saudi menyebut perlunya komunitas internasional bersatu, untuk melihat dampak krisis dan cara untuk menjaga perdamaian serta keamanan internasional.
Sementara itu pemerintah Indonesia juga telah mengimbau kepada warga negara Indonesia (WNI) untuk menunda perjalanan ke Israel dan Palestina, di tengah situasi yang memanas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut rangkumannya dalam Kilas Internasional pagi ini, Selasa (10/10).
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menyerukan dihentikannya peningkatan kekerasan dan penyerangan antara Israel dengan militan Palestina Hamas.
Komentar Pangeran Faisal disampaikan saat menerima panggilan telepon dari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataannya menyebut bahwa mereka membahas perlunya komunitas internasional bersatu untuk memitigasi dampak krisis dengan cara berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Kementerian Luar Negeri RI mengimbau WNI untuk menunda perjalanan ke Palestina dan Israel dalam waktu dekat.
"Bagi WNI yang memiliki rencana kunjungan ke wilayah tersebut, agar menunda dan tidak melakukan perjalanan baik ke Palestina dan Israel," kata Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha.
Dia menyebut ada 45 WNI yang berada di Palestina, dan 230 WNI lainnya yang sedang melakukan wisata religi saat Hamas menyerang Israel.
Lebih lanjut, Judha menerangkan Indonesia telah menyiapkan rencana kontingensi termasuk evakuasi.
Israel memblokade total Jalur Gaza, untuk memerangi dan menggempur habis kelompok militan Hamas.
Blokade ini termasuk larangan memasok makanan, air, bahan bakar minyak, dan memutus aliran listrik.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pemerintah dia akan memangkas aliran listrik dan memblokade makanan dan BBM yang masuk sebagai bagian "pengepungan total" Gaza yang dikuasai Hamas.
"Kami mengepung sepenuhnya Gaza. Tak ada listrik, tak ada makanan, tak ada air, tak ada gas, semua ditutup," ucap Gallant, seperti dikutip Al Jazeera.