Pemimpin syiah Irak, Muqtada Al Sadr mengkritik negara-negara Arab yang dinilai gagal memberikan dukungan terhadap rakyat Palestina usai perang pasukan Israel dan Hamas pecah sejak akhir pekan lalu.
Al Sadr juga mengecam para pemimpin negara Arab karena tak memberikan dukungan yang memadai untuk Palestina. Dia bahkan menyebut mereka "sebagai sumber aib dan memalukan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin Syiah ini juga menyinggung kebijakan standar ganda yang diterapkan sejumlah pihak, terutama Barat, terkait konflik di Palestina dan dibandingkan dengan perang di Ukraina.
"Semua negara bergegas mendukung Ukraina. Mengapa tak melakukan hal yang sama untuk Gaza," ujar Al Sadr, dikutip Al Jazeera.
Selain itu, Al Sadr juga menyoroti negara-negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Beberapa negara itu yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, Maroko, Yordania, hingga Mesir.
"Itu tidak ada manfaatnya," ungkap dia.
Belakangan ini, Israel juga membujuk Arab Saudi untuk membuka hubungan dengan mereka.
Saudi menunjukkan tanda-tanda bersedia normalisasi, tetapi dengan syarat. Mereka meminta penyelesaian konflik di Palestina masuk dalam syarat buka hubungan ini.
Namun, Israel menutup harapan kemerdekaan itu usai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut normalisasi tak akan ditukar apa pun dengan negara bagi Palestina.
Netanyahu juga menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB dengan menampilkan peta baru Israel yang memuat Gaza dan Tepi Barat. Di peta yang dia bawa bahkan tertera "New Middle East."
Ia lalu menjabarkan jika Israel dan Saudi betul-betul normalisasi maka akan ada perubahan besar di Timur Tengah.
Di kesempatan ini, Al Sadr juga menegaskan akan membantu warga di Gaza usai Israel memblokade total wilayah itu.
"Kami siap mengirimkan makanan dan air ke Gaza melalui Mesir, Suriah atau tempat lain," ujar dia.
Al Sadr juga meminta negara-negara Arab untuk menjamin pasokan listrik dan air di Jalur Gaza.
Pada Senin, Israel mengumumkan mereka memblokade total Jalur Gaza sebagai bagian pengepungan wilayah itu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pemerintahan Netanyahu akan memangkas aliran listrik dan memblokade makanan dan BBM yang masuk ke Gaza.
Pertempuran Israel dan Hamas terus berlanjut hingga sekarang. Imbas perang ini, 650 orang di Palestina meninggal, dan lebih dari 900 orang di Israel juga tewas.
Fasilitas medis di Gaza bahkan mulai kewalahan karena banyak korban berjatuhan dan infrastruktur kesehatan yang terdampak serangan Israel.
(bac)