Sikap Warga Yahudi di New York Terbelah, Dukung Palestina dan Israel

Sikap warga Yahudi di New York, Amerika Serikat terbelah menjadi dua belah pihak.

Sebagian warga Yahudi di New York mendukung Palestina sebagai korban praktik genosida, sementara pihak lainnya mendukung Israel sebagai bagian dari pembelaan diri atas serangan Hamas.

Dilaporkan oleh AFP, Minggu (15/10), ratusan warga Yahudi di New York berkumpul di area Brooklyn pada Jumat (13/10) waktu AS untuk aksi solidaritas menentang serangan Israel terhadap rakyat Palestina.

Sebagian warga Yahudi tersebut juga membentangkan spanduk bertuliskan "Kami Warga Yahudi Meminta Hentikan Genosida Terhadap Rakyat Palestina."

Para peserta aksi menyerukan desakan kepada Kongres Amerika Serikat agar memerintahkan gencatan senjata segera serta permintaan untuk menyetop bantuan miliaran dolar kepada Israel.

Menurut AFP, aksi unjuk rasa ini disponsori oleh organisasi sayap kiri Jewish Voice for Peace (JVP), yang menggerakkan para demonstran untuk berjalan menuju rumah Senator AS Chuck Schumer.

Dalam kesempatan itu, Schumer, sebagai salah satu warga Yahudi AS dilaporkan tengah bersiap menuju Israel sebagai tanda dukungan terhadap militer Israel (Israel Defense Forces/IDF).

"Hanya ada satu cara untuk mengakhiri kekerasan, yaitu dengan mengatasi akar dari semua yang terjadi: 75 tahun pendudukan militer Israel dan apartheid, dan mengakhiri keterlibatan AS dalam penindasan sistemik ini," kata perwakilan pihak JVP Jay Saper kepada AFP.

Namun di sisi lain, beberapa warga Yahudi New York, mengatakan bahwa serangan Hamas ke pihak Israel sejak Sabtu (7/10) lalu justru memantik dukungan yang lebih kuat kepada negara tersebut.

Salah satu warga Yahudi New York, Philip Wolf, mengaku tidak tumbuh di keluarga Yudaisme yang religius.

Namun menurutnya, keberadaan negara Israel begitu penting bagi keberlangsungan hidup umat Yahudi di seluruh dunia, terutama sejak Holocaust di masa Perang Dunia II.

"Setelah kehilangan keluarga saya dalam Holocaust, saya tahu betapa pentingnya keberlangsungan negara Yahudi," kata Wolf kepada AFP di kesempatan berbeda.

"Terutama sejak peristiwa-peristiwa dalam seminggu terakhir, hubungan itu terasa semakin kuat," sambungnya.

Sementara itu, dua organisasi Yahudi terkemuka di AS yakni American Jewish Committee dan United Jewish Appeal menyatakan dukungan mereka terhadap aksi demonstrasi pro-Israel yang dilangsungkan pada pekan ini dengan massa sejumlah ribuan orang.

Dari ribuan massa yang ikut turun ke jalan, terdapat dukungan dari pihak otoritas setempat seperti Gubernur New York Kathy Hochul serta wali kota New York Eric Adams.

[Gambas:Video CNN]

Seorang rabbi atau pemuka agama Yudaisme senior dari Sinagog Park East, Arthur Schneier, menyebut bahwa serangan Hamas adalah "ancaman eksistensial terbesar bagi Israel sejak berdiri pada 1948."

"Sebagai komunitas Yahudi Amerika, kami memiliki tanggung jawab khusus," kata Schneier yang kini bermukim di Manhattan.

Melissa Buyer-Witman, seorang rabbi asal New York juga meyakini jika warga AS akan bersatu untuk mendukung Israel terlepas dari latar belakang etnis dan agama.

"Saya yakin warga Amerika akan kembali bersatu dan mendukung Israel, baik mereka Yahudi atau tidak," kaya Buyer-Witman kepada AFP.

Lihat Juga : Hamas Sambut Baik Dukungan dan Bantuan Rusia

"Teruslah mempertahankan Israel dalam iman dan pemikiran Anda," sambungnya.

Menurut penulis sebuah majalah Yahudi, Alex Kane, simpati dan opini publik AS terkait konflik Palestina-Israel selalu lebih condong ke pihak Tel Aviv.

Namun, ia mengaku bahwa kritik terhadap Israel telah mencuat dalam satu dekade terakhir imbas pergeseran arah politik pemerintahnya yang kini lebih mendekat ke sayap kanan.

Warga Yahudi pendukung Palestina, bersambung ke halaman berikutnya...

Dalam sebuah survei dari Jewish Electorate Institute dengan responden warga Yahudi AS (2021), sebanyak seperempat responden dari survei itu menyatakan bahwa "Israel adalah negara Apartheid."

"Angka itu luar biasa - dan itu angka yang besar untuk Yahudi Amerika," kata Kane mengomentari transformasi pandangan warga Yahudi di AS terhadap konflik Palestina-Israel.

Lihat Juga : Fakta Terkini Perang Hamas-Israel di Jalur Gaza

"Meskipun tidak mewakili pandangan mayoritas [warga Yahudi AS], tetapi sebagian kecilnya masih meyakini bahwa Israel melakukan kejahatan apartheid," tambah Kane.

Dalam satu pekan terakhir, dukungan terbuka AS terhadap Israel diperkuat oleh pernyataan Presiden Joe Biden dan Menlu Antony Blinken yang berjanji memberikan dukungan tak terhingga untuk Israel.

Menanggapi hal tersebut, perwakilan JVP sebagai penentang pihak Israel tegas mengecam sikap yang dinyatakan oleh Biden dan Blinken tersebut.

"Kami menyadari bahwa bagi banyak orang, seruan untuk mendukung Israel tanpa syarat, termasuk peningkatan pendanaan militer, datang dari tempat duka yang dalam, rasa takut, dan kecemasan," kata Rabbi Alissa Wise, mewakili pernyataan JVP dalam keterangan pers.

Lihat Juga : Kapal Induk AS Kembali Merapat ke Israel, Cegah Iran Bantu Hamas

"Tetapi kita semua tahu, lebih banyak senjata hanya akan membawa lebih banyak bahaya bagi semua orang," tegas Wise.

Perang Israel dan Palestina telah berlangsung sepekan terakhir. IDF membombardir Gaza setelah milisi Hamas melakukan manuver ke dalam wilayah Israel sebelumnya.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan setidaknya lebih dari 2.200 warga Palestina, termasuk 724 anak-anak di dalamnya tewas karena serangan Israel. Selain itu, ada lebih dari 8.714 terluka.

Sebelumnya, setelah tenggat waktu ultimatum 6 jam selesai pada Sabtu petang, dalam pernyataannya militer Israel meminta mereka untuk tidak kembali ke Kota Gaza hingga waktu, "Ketika kami bilang sudah aman".

Mengutip dari CNN, militer Israel menyatakan telah mempersiapkan Fase Lanjutan ke Gaza usai ultimatum 6 jam mengungsi selesai. Serangan fase lanjutan itu adalah gempuran dari seluruh front--udara, laut, dan darat--dengan operasi di darat secara signifikan untuk 'memburu' milisi Hamas di Gaza.