Pakar kajian internasional dari Universitas Renmin, China, Jin Canrong, mengkritik Amerika Serikat yang dianggap kerap mencampuri urusan internal negara lain.
Setiap tahun, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat merilis dugaan pelanggaran hak asasi manusia di banyak negara termasuk China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari perspektif China, itu karakter hegemonik. Mereka, AS, merasa Tuhan, yang memberi hak asasi manusia kepada kita dan mereka mengklaim harus mengevaluasi belahan dunia lain," ucap Jin, saat wawancara khusus dengan CNNIndonesia.com di Jakarta, Senin (16/10).
Jin mengatakan China tak memiliki laporan situasi HAM negara-negara lain, tetapi punya catatan soal AS di White Paper mereka.
Lebih lanjut, Jin juga menerangkan China meyakini bahwa setiap negara tahu apa yang terbaik untuk mereka.
"Negara lain, mereka tak bisa menganggap diri mereka Tuhan dan menginstruksikan harus melakukan ini untuk itu [kepada yang lain]," ujar dia.
Pada Maret 2022 lalu, AS merilis laporan berjudul "Reports on Human Rights Practices: China (Includes Hong Kong, Macau, and Tibet).
"Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan terjadi sepanjang tahun in terhadap kelompok mayoritas Muslim Uighur dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya di Xinjiang," demikian menurut laporan tersebut.
Kejahatan-kejahatan itu, lanjut mereka, mencakup pemenjaraan sewenang-wenang, pengendalian kelahiran yang lebih ketat di China, pembatasan terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan, dan berekspresi.
Sejumlah pejabat China juga beberapa kali mengingatkan agar AS tak ikut campur soal Taiwan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Iran Ultimatum Israel Serang Gaza sampai Presiden Palestina Buka Suara |
Menyoal Taiwan, pemerintahan di pulau ini gigih ingin memerdekakan diri. Namun, China menyatakan akan melakukan segala cara untuk mempertahankannya.
China kerap murka jika ada negara lain yang ikut campur urusan Taiwan misalnya berkunjung ke pulau ini atau pejabat asing yang melawat ke Taiwan.
(isa/bac)