Milisi di Palestina, Hamas, menjadi sorotan usai berperang dengan pasukan Israel sejak 7 Oktober.
Selama bertempur, Hamas meluncurkan roket ke wilayah Israel. Untuk bisa berperang dalam jangka waktu lama perlu biaya yang tak sedikit.
Lalu, dari mana sumber duit Hamas di tengah blokade total?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengamat memperkirakan organisasi ini punya anggaran operasional sebesar ratusan juta.
Pakar politik dari Universitas New York, Victor Asal, mengatakan Hamas punya sayap organisasi yang khusus menggalang dana.
"Hamas punya dua sayap [organisasi]. Mereka punya sayap layanan sosial dan militer, dan sayap sosial yang aktif dalam menggalang dana," kata Asal kepada Business Insider, Rabu (23/10).
Asal kemudian berujar, "Dana tersebut akan disalurkan ke militer."
Secara historis, badan amal yang berafiliasi dengan Hamas menjadi pendorong cuan ke sayap militer kelompok itu. Namun, sebagian dana dari badan itu juga disalurkan ke warga Gaza yang membutuhkan, sebagaimana tujuan utama mereka.
Pada 2003, Amerika Serikat menetapkan lima badan amal yang berbasis di Inggris, Swiss, Austria, dan Lebanon, sebagai organisasi teroris.
Kemudian pada 2009, AS menghukum pemimpin Holy Land Foundation for Relief and Development karena memberi dukungan ke Hamas.
Menanggapi sikap komunitas internasional, Hamas putar otak untuk tak menjadikan badan amal sebagai satu-satunya sumber finansial.
Namun, badan amal itu menjadi sumber pendapatan yang konsisten bagi Hamas, kata para pengamat.
Asal juga menduga Hamas mendapat pendanaan dari perpajakan, pemerasan, penyelundupan, penculikan, hingga perampokan.
Mantan analisis intelijen kontraterorisme dari Biro Invstigasi Federal AS Matthew Levitt sementara itu, mengatakan Hamas mengawasi "apa saja yang melintasi perbatasan" Jalur Gaza dan menguasai ekonomi di kawasan itu.
"Jika ada penyelundupan ke terowongan, Hamas mengenakan pajak atas terowongan tersebut," kata Levitt.
Lebih lanjut, Levitt mengatakan bisnis apa pun termasuk bantuan kemanusiaan yang masuk dari wilayah Israel bisa dikenai pajak dan pemerasan.
"Jadi pemasukan terbesar Hamas saat ini bukan lah Iran; [tetapi] dari penguasaan wilayah, dan kemampuan mereka menghasilkan uang dari sana. Mungkin sekitar US$300 juta-US$400 juta [Rp4,7 triliun hingga Rp6,3 triliun atau US$450 juta [Rp7,1 triliun]," kata dia.
Bersambung ke halaman berikutnya...