Kenapa Banyak Anak-anak Palestina yang Jadi Korban Serangan Israel?
Otoritas kesehatan di Gaza melaporkan 7.028 orang tewas usai tiga pekan Israel menggempur Jalur Gaza. Dari jumlah ini, 66 persen di antaranya merupakan korban perempuan dan anak-anak.
Utusan Palestina di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Riyad Mansour membeberkan jumlah anak-anak yang tewas.
"Saya ulangi, 3.000 anak-anak, anak-anak tak berdosa, malaikat kecil tewas di Gaza selama tiga pekan terakhir," kata Mansour, dikutip Anadolu Agency.
Ia kemudian berujar, "Ini kriminal. Ini barbarisme. Jika Anda tak menghentikan ini, semua akan tewas. Hentikan ini agar semua bisa selamat."
Mengapa banyak anak-anak Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza?
Menurut Worldometer, populasi di Palestina pada Oktober 2023 sebanyak 5,3 juta jiwa.
Sementara itu menurut NPR, populasi di Jalur Gaza mencapai 2,2 juta jiwa. Hampir setengah populasi di Gaza atau sekitar 47,3 persen di antaranya berusia di bawah 18 tahun.
Konflik yang kerap menyergap Palestina membuat banyak warganya meninggal dunia di usia muda. Mereka bisa meninggal karena perang atau menjadi korban karena sistem kesehatan yang buruk.
Kondisi demikian menurunkan angka rata-rata usia hidup.
Profesor manajemen kesehatan global di Universitas Florida Pusat, Yara Asi, mengatakan fasilitas medis yang buruk salah satunya karena blokade Gaza selama 16 tahun.
Blokade itu berdampak ke kurangnya alat kesehatan seperti kain kasa dan infus.
"Perawatan preventif pada dasarnya tidak ada," kata Asi.
Dia kemudian berujar, "Mereka terus-menerus menghadapi masalah kesehatan jangka pendek, dan mereka yang membutuhkan perawatan kronis tak mendapatkan layanan tersebut atau harus pergi."
Untuk pergi mendapat perawatan medis yang lebih baik, penduduk Gaza juga kesulitan mendapat izin.
Faktor lain yang menyebabkan populasi muda di Gaza tinggi yakni orang cenderung menikah di usia awal 20-an, demikian menurut data Biro Pusat Statistik Palestina pada 2021.
Selain itu, menurut perkiraan Biro Sensus Amerika Serikat tingkat kesuburan (kelahiran per per) adalah 3,38.
"Beberapa penelitian menunjukkan populasi masyarakat Palestina, dan masyarakat lain yang berada di bawah ancaman, menyatakan bahwa mereka memikirkan punya anak sebagai bentuk perlawanan," kata Asi.
Cara itu dipandang sebagai kelanjutan garis keturunan yang berada di bawah ancaman berbagai cara selama 100 tahun.