Di tengah konflik yang semakin memanas, militer Israel menyatakan tak bisa menjamin keselamatan para wartawan yang meliput perang di Jalur Gaza.
Dalam sebuah surat kepada Reuters dan Agence France Presse (AFP), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut bahwa pihaknya menargetkan semua aktivitas militer Hamas di seluruh wilayah Gaza. Target ini membuat IDF harus menempatkan operasi militer di daerah-daerah yang mungkin ditempati para wartawan dan warga sipil.
"Dalam keadaan seperti ini, kami tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk keselamatan mereka," bunyi surat IDF, seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IDF juga mencatat bahwa serangan intensitas tinggi yang menargetkan Hamas dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan di sekitarnya. IDF juga mengatakan bahwa roket milik Hamas juga bisa saja salah tembak hingga menelan korban jiwa di wilayah Gaza.
Namun, sejauh ini Hamas belum berkomentar saat ditanya mengenai tuduhan Israel bahwa wilayah operasinya berdekatan dengan lokasi para wartawan di Gaza,
Reuters juga tidak bisa memverifikasi berapa banyak kantor berita di daerah kantong tersebut yang sudah menerima surat serupa dari IDF.
Surat ini sendiri dikirim kepada Reuters dan AFP setelah kedua kantor berita mencari jaminan bahwa wartawan mereka di Gaza tidak akan menjadi sasaran serangan Israel.
Sebelumnya, seorang juru kamera Reuters tewas dan enam wartawan lainnya terluka di Lebanon selatan pada Jumat (13/10). Insiden itu terjadi kala rudal yang ditembakkan dari arah Israel menghantam mereka.
![]() |
Merespons surat ini, Reuters pun menyampaikan keprihatinan atas keselamatan wartawan di Gaza yang tidak terjamin.
"Situasi di lapangan mengerikan, dan keengganan IDF untuk memberikan jaminan keselamatan staf kami mengancam kemampuan mereka untuk menyampaikan berita tentang konflik ini tanpa takut terluka atau terbunuh," demikian pernyataan resmi Reuters.
Direktur Berita Global AFP Phil Chetwynd juga menyampaikan kekhawatiran yang sama.
"Kita berada dalam posisi yang sangat berbahaya dan penting bagi dunia untuk memahami bahwa ada tim besar jurnalis yang bekerja dalam kondisi yang sangat berbahaya," kata Chetwynd.
Sejak perang Hamas vs Israel pecah 7 Oktober lalu, sedikitnya 27 wartawan tewas. Sebagian besar di antaranya melaporkan peristiwa di wilayah Gaza. Beberapa lainnya juga dilaporkan meninggal dunia di Israel dan Lebanon selatan.
Hingga saat ini, perang telah menelan sebanyak 8.700 korban jiwa. Sekitar 3 ribu di antaranya merupakan anak-anak.
Selain berkecamuk di Gaza, perang Hamas dan Israel sendiri telah meluas hingga ke Lebanon selatan. Dilaporkan Anadolu Ajansi, milisi di Lebanon selatan, Hizbullah, ikut menyerbu Israel di sepanjang perbatasan kedua negara sejak konflik meletus.
Bentrokan di perbatasan itu pun disebut-sebut yang paling mematikan sejak Hizbullah dan Israel terlibat perang besar pada 2006 lalu. Korban tewas dari pihak Hizbullah sendiri sejauh ini mencapai 43 orang.