Pertempuran berkecamuk di Gaza bagian utara dan tengah pada Sabtu (28/10) pagi dengan Israel memperluas serangan lewat operasi darat.
Agresi ini terjadi bersamaan dengan Israel yang memutus jalur komunikasi warga Palestina, dan berselang tiga minggu setelah serangan paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.
PBB memperingatkan bisa terjadi "bencana penderitaan manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya" di Jalur Gaza, setelah Israel berminggu-minggu melakukan serangan dan pemboman tanpa henti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hamas mengatakan mereka saat ini tengah menghadapi serangan darat.
"Kami menghadapi serangan darat Israel di Beit Hanoun (di Jalur Gaza utara) dan Bureij timur (di tengah), dan terjadi pertempuran sengit di lapangan," demikian pernyataan pemimpin kelompok sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam.
Juru bicara militer Israel Mayor Nir Dinar mengatakan kepada AFP bahwa: "Pasukan kami beroperasi di Gaza sama seperti kemarin."
Saat ini puluhan ribu tentara berkumpul di sepanjang perbatasan Gaza menjelang invasi besar-besaran. Sebelumnya pada Rabu dan Kamis malam, pasukan Israel juga melakukan serangan darat terbatas.
"Menyusul serangkaian serangan pada hari-hari terakhir, pasukan darat memperluas operasi darat malam ini," kata juru bicara militer Daniel Hagari kepada wartawan, Jumat malam, atau Sabtu waktu Indonesia.
Militer Israel juga mengatakan pihaknya telah meningkatkan serangan secara signifikan, sementara Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan melalui Telegram bahwa mereka membalasnya dengan roket.
Tayangan langsung AFP pada Jumat malam menunjukkan serangan udara demi serangan terjadi di Gaza utara, sementara asap hitam tebal menutupi cakrawala.
Di jalan yang dibom di lingkungan Tal al-Hawa, Om Walid Basal (50) bertanya alasan blok apartemennya dibom oleh Israel.
"Ini rumah kami, kami tinggal di sini hanya bersama anak-anak kami, penuh dengan anak-anak," katanya.
"Mengapa mereka mengebom kami? Mengapa mereka menghancurkan rumah kami?"
Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza kini telah menewaskan 7.326 orang, lebih dari 3.000 di antaranya adalah anak-anak.
Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya "siap" untuk melakukan invasi.
"Jika (Perdana Menteri Benjamin) Netanyahu memutuskan untuk memasuki Gaza malam ini, perlawanan sudah siap," kata Ezzat al-Rishaq, anggota senior biro politik Hamas, melalui Telegram.
"Sisa-sisa prajuritnya akan ditelan tanah Gaza."
![]() |
Hamas mengatakan semua koneksi internet dan komunikasi di Gaza telah terputus, dan menuduh Israel melakukan itu "untuk melakukan pembantaian dengan serangan balasan berdarah dari udara, darat dan laut".
Human Rights Watch (HRW) juga memperingatkan bahwa terputusnya jalur telekomunikasi di Gaza berisiko menutupi "kekejaman massal".
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan layanan ambulans telah terganggu.
"Kami benar-benar kehilangan kontak dengan ruang operasi di Jalur Gaza dan semua tim kami yang beroperasi di sana," katanya di sosial media X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Lynne Hastings, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina juga mengatakan di X bahwa Gaza "telah kehilangan kontak dengan dunia luar".
Hastings juga memperingatkan bahwa "rumah sakit & operasi kemanusiaan tidak dapat dilanjutkan tanpa komunikasi".
Laporan mengenai pertempuran darat ini muncul setelah Majelis Umum PBB pada hari Jumat melakukan pemungutan suara dengan hasil "gencatan senjata kemanusiaan segera" di Gaza.
Resolusi tidak mengikat tersebut mendapat dukungan luar biasa dan disambut baik oleh Hamas.
Namun resolusi ini dikritik keras oleh Israel dan Amerika Serikat karena tidak menyebut Hamas. Duta besar Israel Gilad Erdan juga menyebut keputusan PBB sebagai "penghujatan".
Washington sebelumnya di sidang Dewan Keamanan PBB mengatakan pihaknya mendukung "jeda kemanusiaan" agar bantuan bisa masuk ke Gaza.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa penderitaan "meningkat dari menit ke menit".
"Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan tanpa syarat semua sandera, dan pengiriman pasokan untuk menyelamatkan nyawa," kata Guterres.
"Tanpa perubahan mendasar, masyarakat Gaza akan menghadapi penderitaan manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Menteri Luar Negeri Yordania memperingatkan bahwa invasi darat Israel ke Gaza akan menimbulkan "bencana besar" bagi wilayah tersebut selama bertahun-tahun yang akan datang.
(afp/vws)