Perseteruan antara Arab dan Israel mencapai puncaknya pada 1973 dengan pecahnya Perang Yom Kippur. Raja Faisal menindak tegas negara-negara yang memasok bantuan militer ke Israel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Arab memberlakukan embargo minyak kepada Amerika Serikat, Belanda, Portugal, dan Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Embargo minyak Arab adalah krisis minyak pertama, gangguan pasokan minyak yang menyebabkan melonjaknya harga, dan krisis energi di seluruh dunia.
Mantan Presiden Amerika Serikat sampai kelabakan untuk membangkitkan perekonomian yang lesu dengan mengupayakan peningkatan produksi minyak lokal.
Sekutu AS di Eropa dan Jepang berusaha menimbun pasokan minyak untuk mengamankan cadangan minyak jangka pendek bagi mereka sendiri, tapi kemungkinan jangka panjang akan tingginya harga minyak dan resesi memicu keretakan dalam Aliansi Atlantik, dilansir dari Office of The Historian.
Pemerintah Amerika Serikat membatasi penggunaan bahan bakar untuk menekan konsumsi minyak. Pada akhirnya, pemerintah Amerika tidak mampu untuk memenuhi permintaan minyak dalam negeri dan memaksa mereka untuk melakukan negosiasi pencabutan embargo.
Presiden Nixon melakukan negosiasi dengan produsen minyak utama sambil mengatur penarikan Israel dari Sinai dan Dataran Tinggi Golan yang menghasilkan pencabutan embargo minyak pada 1974.
Pemberlakuan embargo ini membuat Amerika Serikat dan Eropa Barat mengubah pandangan mereka terkait pentingnya kekuatan Timur Tengah.
Pada 1975, Raja Faisal secara tragis dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Msaad, menggunakan pistol saat acara Maulid Nabi Muhammad di Riyadh, Arab Saudi.
Dilansir dari The Guardian, Mssad mendekati Raja Faisal, mengeluarkan pistol dari balik jubahnya, dan melepaskan beberapa kali tembakan.
Pembunuhan ini digambarkan sebagai tindakan individu yang dilakukan oleh orang tidak waras.
(bac/cpa/bac)