Agresi Israel tidak hanya menyerang di Jalur Gaza, Palestina. Pasukan militer Negeri Zionis itu memperluas seranganya hingga ke Tepi Barat, terutama di Jenin.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 190 orang tewas di Tepi Barat sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Jumlah ini nyaris sama dengan total korban tewas di Tepi Barat selama bentrok pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Penggerebekan pasukan Israel terhadap komunitas Palestina memang meningkat berkali-kali lipat di Tepi Barat sejak perang Arab-Israel pada 1967 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan The Guardian, tujuh warga Palestina tewas pekan ini imbas serangan Tel Aviv di Tulkarem yang berada di utara Tepi Barat. Sementara itu, satu orang tewas ditembak di dekat Hebron pada Selasa (14/11) pagi.
Pada Jumat (17/11) dini hari, pasukan Israel juga dilaporkan menyerbu Kota Jenin, salah satunya menyasar Rumah Sakit Ibnu Sina. Menurut laporan Al Jazeera, puluhan tank dengan buldoser memasuki wilayah Tepi Barat dan merusak jalanan serta mobil.
Ini merupakan salah satu penggerebekan intens yang terjadi di Tepi Barat sejak serangan brutal Negeri Zionis diluncurkan di Gaza awal bulan lalu.
Serangan Israel mulai meluas ke Tepi Barat tak lama setelah menyerang Gaza pada 7 Oktober lalu. Tepi Barat sebetulnya sudah bergejolak jauh sebelum Israel membantai Gaza.
Pergolakan ini terjadi antara warga Palestina dengan para pemukim dan militer Tel Aviv. Konfrontasi ini pun semakin intens setelah konflik di Gaza pecah.
Menurut laporan CNN pada 11 Oktober, pemukim bersenjata Israel menyerang sebuah gedung apartemen di Qusra, desa Wadi, utara Tepi Barat. Serangan itu menewaskan empat orang.
Beberapa warga juga mengatakan kepada CNN bahwa sejak 7 Oktober, warga Palestina menjadi sasaran pembatasan pergerakan di Tepi Barat. Pasukan militer Israel disebut memberlakukan penutupan penuh pada pos pemeriksaan dan jalan-jalan.
Penutupan ini pun berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari warga Palestina di Tepi Barat. Lantaran, hal itu membatasi mereka melakukan perjalanan untuk bekerja, sekolah, melakukan perawatan medis, dan kegiatan penting lainnya.
Lanjut ke sebelah...