Hamas sejauh ini telah membebaskan empat tawanan, di antaranya warga AS Judith Raanan dan Natalie Raanan pada 20 Oktober lalu. Kemudian warga Israel Nurit Cooper dan Yocheved Lifshitz pada 23 Oktober.
Pasukan Israel juga membebaskan sendiri satu sandera yakni Ori Megidish selaku prajurit Israel pada 30 Oktober lalu.
Bulan ini, militer juga mengklaim menemukan jenazah dua sandera di Kota Gaza. Satu di antaranya yakni Noa Marciano, tentara berusia 19 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Selasa (21/11), sayap bersenjata Hamas, Jihad Islam, melaporkan kematian sandera lain, namun tidak merinci lebih lanjut.
Lihat Juga : |
Hamas mengaku menyembunyikan para sandera di "tempat-tempat aman dan beberapa terowongan" di Gaza.
Lifshitz, nenek berusia 85 tahun yang dibebaskan Hamas, mengatakan bahwa setelah ditangkap, ia dibawa ke terowongan bawah tanah yang mirip dengan jaring laba-laba.
Militer Israel sementara itu menyatakan bahwa pihaknya menemukan bukti bahwa beberapa sandera ditahan di rumah sakit atau di bawah rumah sakit.
Pada Minggu (19/11), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan prajurit bernama Marciano tewas dibunuh Hamas di dalam Rumah Sakit Al Shifa.
Israel berulang kali mengklaim Hamas membangun markas dan terowongan bawah tanah di bawah sejumlah rumah sakit di Gaza. Hamas membantah keras tudingan ini.
Lifshitz mengatakan para penculiknya memisahkan tawanan menjadi kelompok-kelompok kecil. Dia mengatakan dirinya dan beberapa orang lain tidur di matras di lantai terowongan.
Meski begitu, ada sejumlah dokter yang memberikan perawatan kepada para sandera. Lifshitz mengatakan Hamas juga memastikan kondisi di sana higienis.
Dalam sebuah video yang dirilis Hamas pada Oktober, seorang sandera 21 tahun asal Prancis terlihat terluka lengannya. Ia tampak dirawat oleh seorang petugas medis.
Sejak agresi pecah, anggota keluarga para tawanan dan ribuan warga terus menekan pemerintah Israel untuk memprioritaskan pembebasan sandera alih-alih menggencarkan agresi di Gaza.
Mereka khawatir keselamatan para sandera tidak terjamin jika pemerintah tak kunjung bergerak cepat.
Baru-baru ini, sejumlah anggota keluarga tawanan juga berdemo di depan gedung parlemen Israel. Mereka meminta agar pemerintah tidak membahas undang-undang yang akan menghukum mati warga Palestina jika dianggap teroris.
Undang-undang ini diusulkan oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, orang sayap kanan Israel yang sangat anti-Palestina.
(cpa/bac)