Siapa Saja Para Sandera yang Israel Minta Bebaskan untuk Setop Agresi?
Pemerintah Israel sepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari di Gaza, usai didesak komunitas global selama lebih dari sebulan agresi di Palestina.
Kesepakatan itu terjadi dalam pemungutan suara yang digelar kabinet pada Selasa (21/11) malam hingga Rabu (22/11) dini hari. Mayoritas menteri mendukung pertukaran sandera dengan Hamas dan sebagai imbalan, menerapkan gencatan senjata empat hari di Gaza.
"Kami telah memutuskan keputusan yang sulit malam ini, tapi ini adalah keputusan yang benar," ucap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam rapat kabinet Israel pada Rabu dini hari usai rapat.
Meski begitu, Netanyahu mewanti-wanti bahwa agresi Israel ke Gaza akan tetap lanjut sampai tujuan negaranya tercapai.
"Saya ingin menegaskan. Kita sedang dalam perang dan akan terus berperang sampai kita mencapai seluruh tujuan kita, untuk menghancurkan Hamas, dan untuk membebaskan seluruh sandera dan warga kita yang hilang," kata Netanyahu.
"Kami akan memastikan bahwa tidak ada lagi entitas di Gaza yang akan mengancam Israel," paparnya menambahkan seperti dikutip Jerusalem Post.
Siapa saja para sandera Hamas?
Pada 7 Oktober lalu, milisi Hamas Palestina melancarkan serangan ke sejumlah wilayah Israel selatan dan menyandera ratusan orang. Menurut pemerintah Israel, sekitar 240 orang ditawan oleh Hamas dalam insiden yang memicu agresi Israel di Gaza itu.
Dilansir dari reuters, para sandera berasal dari berbagai komunitas, antara lain kibbutzim, personel militer, hingga pengunjung festival musik.
Selain warga Israel, lebih dari setengah sandera juga merupakan warga asing dan berkewarganegaraan ganda dari sekitar 40 negara, di antaranya Amerika Serikat, Thailand, Inggris, Prancis, Argentina, Jerman, Chili, Spanyol, dan Portugal.
Menurut media dan pemerintah Israel, sekitar 40 tawanan merupakan anak-anak, termasuk bayi 10 bulan dan anak-anak sekolah. Beberapa sandera lain yakni warga disabilitas.
Bersambung ke halaman berikutnya...