Senator Partai Republik Carolina Utara, Ted Budd, menulis pernyataan dalam unggahannya di akun media sosial X pada Minggu (19/11).
"Selama berminggu-minggu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengklaim 'hampir' merundingkan kesepakatan untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas - termasuk sandera Amerika. Berapa lama Qatar akan terus menjadi tuan rumah bagi teroris yang berlumuran darah Amerika?" tulis Budd.
Kritik lain juga disampaikan oleh Gershon Baskin, seorang negosiator sandera Israel yang pernah berhubungan langsung dengan Hamas, berpendapat bahwa intelijen Mesir memiliki hubungan yang lebih baik dengan Hamas dibandingkan Qatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Qatar juga tidak memiliki hubungan yang begitu erat dengan intelijen Israel.
"Dalam pikiran saya, Qatar adalah negara yang mendukung terorisme dan mereka perlu diperintah," ungkap Baskin.
"Amerika perlu memberi tahu Qatar: jika Anda tidak memaksa Hamas melepaskan sandera, Anda akan mengasingkan mereka dari Qatar." imbuhnya.
Hal ini disampaikan Baskin mengingat pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di Timur Tengah berada di Qatar.
Sulit bagi Qatar untuk menunjukkan independensinya dari Hamas maupun Amerika Serikat.
Perundingan sandera antara kedua belah pihak sangat sulit dilakukan karena menyangkut politik dan kepercayaan dalam konflik.
Harus terbentuk kesepakatan terkait identitas orang yang ditukar, kriteria, lokasi, dan metode pemindahan.
International Committee of The Red Cross (ICRC) telah menyusun daftar sandera yang dibebaskan dengan mengutamakan anak-anak dan perempuan.
Perundingan ini juga kompleks karena terkait dengan jeda kemanusiaan yang memerlukan diskusi lebih lanjut. Diskusi akan membahas mekanisme jumlah penyeberangan perbatasan yang dibuka, bantuan yang akan diperbolehkan masuk, prosedur pos pemeriksaan Israel, koordinasi bantuan dan tingkat dekonfliksi militer.
Walaupun kesepakatan tersebut tercapai, Hamas masih menahan 150 sandera dan menginginkan pembebasan kelompok lainnya di penjara Israel.
Saat ini masih terdapat 7.000 warga Palestina yang ditahan, 559 diantaranya mendapat hukuman mati akibat membunuh warga Israel.
Sepertiga tahanan adalah pasukan Hamas, 400 tahanan penduduk Gaza, dan sisanya adalah penduduk Tepi Barat.
(bac/cpa/bac)