Segal juga menyoroti pernyataan Presiden Israel Isaac Herzog yang menyampaikan niat eksplisitnya terkait perlawanan kepada warga Palestina pada konferensi pers 13 Oktober lalu.
"Seluruh bangsa di luar sana bertanggung jawab. Itu tidak benar, retorika tentang warga sipil yang tidak sadar, tidak terlibat. Itu sama sekali tidak benar," ungkap Herzog dikutip dari Time.
"Mereka bisa saja bangkit, mereka bisa berperang melawan rezim jahat yang mengambil alih Gaza melalui kudeta." kata Herzog menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Segal menilai pernyataan Herzog ini seakan menyamakan semua warga Palestina adalah populasi musuh.
Di sisi lain, Profesor Victoria Sanford dari City University of New York membandingkan situasi yang saat ini terjadi di Gaza dengan peristiwa genosida Guatemala yang menewaskan 200.000 warga suku Maya. Jika melihat lebih dalam lagi, terdapat kecocokan konflik seperti invasi Israel ke Palestina.
"Bangsa Maya dan Palestina sama-sama menjadi sasaran tindakan genosida," kata Victoria Sanford.
"Ketika kita mencocokkannya dengan pengalaman hidup masyarakat, terdapat keadaan serupa jika kita melihat konflik kontemporer seperti invasi Israel ke Palestina," kata Victoria Sanford.
Sanford dan Segala merupakan dua dari 100 lebih cendekiawan dan organisasi yang menandatangani surat yang mendesak ICC untuk mengambil tindakan mengingat 'niat' Israel untuk melakukan genosida di Palestina terlihat nyata di lapangan.
Selain itu, Ben Kiernan selaku Direktur Program Genosida Kamboja di Universitas Yale juga setuju bahwa serangan Israel ke Palestina memenuhi hukum genosida.
"Pemboman balasan yang dilakukan Israel terhadap Gaza, betapapun tidak pandang bulunya, dan serangan darat yang dilakukan saat ini meskipun banyak korban sipil yang ditimbulkannya di kalangan penduduk Palestina di Gaza, tidak memenuhi ambang batas yang sangat tinggi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut telah memenuhi definisi hukum genosida," kata Ben Kiernan dikutip dari TIME.
(cpa/rhr)