Sejalan dengan agresi ini, Eks Menteri Dalam Negeri Israel Ayalet Shaked mengungkapkan solusi krisis di Gaza yakni mengusir dua juta warga dari daerah kantong itu.
Dia mengatakan negara-negara lain harus menerima pengungsi dari Gaza.
"Kami perlu dua juta orang untuk meninggalkan Gaza. Itulah solusi untuk Gaza," kata Shaked pada Rabu, dikutip Middle East Eye.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat aksi Israel di Gaza, profesor hubungan internasional St. Antony College di Oxford, Avi Shlaim, mengatakan pemerintahan Zionis itu lebih memilih tanah daripada perdamaian.
Shlaim menilai upaya perdamaian tak bisa sejalan dengan aksi pendudukan, sementara Israel terus memperluas okupasi mereka.
"Israel melalui tindakannya telah menunjukkan bahwa mereka tak tertarik punya mitra perdamaian dengan Palestina karena mereka ingin mempertahankan kendali atas wilayah tersebut," ungkap dia pada akhir Oktober lalu, dikutip The Wire.
Israel, lanjut dia, menolak Hamas sebagai salah satu mitra damai sekaligus penguasa Gaza.
Shlaim mengungkapkan Israel keberatan terkait narasi yang menyebut jika ingin berdamai dengan Palestina maka harus bernegosiasi dengan Hamas.
Dengan demikian, langkah masuk akal yang harus dilakukan Israel dan sekutu dekatnya yakni negara Barat adalah mengakui Hamas sebagai solusi politik konflik di Palestina.
Namun, Israel, kata dia, malah menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan konflik.
"Apa yang kita saksikan hari ini, hari demi hari, di Gaza adalah Israel bergerak menuju pembersihan etnis dan genosida," ungkap Shlaim.
(isa/rds)