Sejak Israel meluncurkan agresi merespons serangan Hamas awal Oktober lalu, warga Gaza diblokade total dari segala kebutuhan dasar.
Akses terhadap makanan, listrik, obat-obatan, air, hingga bahan bakar, tak ada yang boleh memasuki Gaza. Pabrik-pabrik roti bahkan diserang habis-habisan oleh pasukan militer Negeri Zionis.
Bukan cuma itu, setelah akhirnya makanan hingga air boleh masuk ke Gaza, lokasi warga yang tengah mengantre air pun tak luput dari sasaran gempur Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, di penjara-penjara Israel, warga Palestina yang ditahan juga disebut tak mendapat air minum bersih serta makanan yang cukup.
Hal itu diutarakan Fareed Najm, warga Palestina yang dibebaskan Israel dari penjara lewat kesepakatan gencatan senjata empat hari sejak 24 November.
"Kami sangat menderita di penjara," kata Najm, yang berasal dari Nablus, kepada Al Jazeera, Sabtu (25/11).
Dia turut menyatakan bahwa para tahanan masih sempat-sempatnya "dipermalukan" dalam perjalanan pulang.
Israel, kata dia, "selalu memperlakukan kami (warga Palestina) dengan cara yang sangat buruk."
Jika ditelusuri lebih jauh, kondisi seperti ini sebetulnya sudah lama dialami warga Gaza, yakni sejak Israel 'mengepung' daerah kantong itu.
Rakyat Gaza tak pernah hidup bebas selama bertahun-tahun sejak berkonflik dengan Israel terutama usai peristiwa intifada.
(blq/bac)