3 Eks PM Israel yang 'Rujak' Netanyahu Sampai Tuntut Mundur

CNN Indonesia
Kamis, 30 Nov 2023 19:00 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu terus menghadapi tekanan kepemimpinan usai ketiga pendahulunya mengkritik habis-habisan hingga mendesaknya lengser dari jabatan. (GIL COHEN-MAGEN / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Posisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kini semakin sulit di tengah tekanan banyak pihak atas kegagalannya mencegah konflik dengan kelompok Hamas Palestina.

Kabinet Netanyahu dianggap gagal menjaga keamanan nasional setelah milisi Hamas melancarkan serangan hingga penyanderaan di wilayah perbatasan Israel dengan Jalur Gaza Palestina pada 7 Oktober lalu. Dalam serangan itu, Hamas menyandera lebih dari 200 orang di Israel, termasuk puluhan warga asing.

 Serangan itu menjadi pematik peperangan dan agresi brutal Israel ke Jalur Gaza yang kini telah menewaskan lebih dari 15 ribu warga Palestina, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan 4 ribu perempuan.

Pada awal November lalu, kediaman Netanyahu dikepung oleh pengunjuk rasa karena kemarahan masyarakat atas peristiwa serangan mematikan Hamas.

Dilansir dari Reuters, massa membawa bendera Israel berwarna biru dan putih sambil meneriakkan "Penjara sekarang!" sambil berusaha menerobos barikade polisi.

Lebih dari tiga perempat warga Israel juga menuntut Netanyahu untuk mengundurkan diri, seiring dengan kemarahan publik kepada para pemimpin politik dan ancaman keselamatan mereka.

Kali ini, protes dan tuntutan turun dari jabatan juga datang dari tiga mantan Perdana Menteri Israel alias pendahulu Netanyahu. Berikut ketiga eks PM tersebut:

1. Ehud Barak

Mantan pejabat politik, militer, dan intelijen Israel, Ehud Barak menyampaikan keraguannya terhadap kepemimpinan Netanyahu.

Barak menggambarkan serangan teroris bulan lalu sebagai pukulan terparah yang pernah dialami Israel sejak berdirinya negara tersebut hingga saat ini, dikutip dari The Guardian.

Barak menyerukan agar Netanyahu dipecat sebagai Perdana Menteri Israel karena sudah tidak layak memimpin.

Netanyahu harus mundur sebelum konsekuensi atas kegagalannya tidak dapat diubah.

Barak menekankan pembentukan pemerintahan persatuan nasional tanpa Netanyahu dan ekstremis kanan.

Tewasnya puluhan ribu orang melumpuhkan imajinasi dan moral masyarakat Palestina dan Israel akan terciptanya perdamaian.

"Cara yang benar adalah dengan melihat solusi dua negara, bukan karena keadilan bagi rakyat Palestina, yang bukan merupakan prioritas utama saya, namun karena kita memiliki keharusan yang mendesak untuk melepaskan diri dari Palestina demi melindungi keamanan kita sendiri, negara kita. masa depan kita sendiri, identitas kita sendiri," ungkap Barak, dikutip dari Time.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Yair Lapid sampai Ehud Olmert


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :