Sebelum ke Saudi, Putin terlebih dulu disambut di UEA untuk bertemu dengan Presiden Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MbZ).
Ia disambut dengan pengawalan kavaleri penuh, iring-iringan mobil, hingga pertunjukkan udara yang menggambar bendera Rusia dengan asap di langit.
"Hari ini, berkat sikap Anda, hubungan kita telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Putin kepada MbZ di istana kepresidenan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putin juga mengatakan UEA merupakan mitra dagang utama Rusia di dunia Arab. Menurut Kremlin, perdagangan bilateral kedua negara telah mencapai rekor $9 miliar tahun lalu.
Dalam kesempatan itu, Putin turut menyebut bahwa "sejumlah proyek" saat ini sedang berlangsung terutama di sektor minyak dan gas.
Lawatan Putin ke Timur Tengah ini terjadi usai Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) merilis surat perintah penangkapan terhadap Putin pada Maret karena dugaan kejahatan perangnya di Ukraina.
Akibat perintah penangkapan ini, Putin sampai tak datang ke KTT BRICS Agustus lalu di Afrika Selatan dan KTT G20 di India September lalu. Afsel dan India merupakan negara anggota ICC.
Kedua negara harus mematuhi perintah ICC untuk menangkap Putin apabila orang nomor satu Rusia itu menginjakkan kaki di negara mereka.
Kendati begitu, pada kunjungannya di UEA maupun Arab Saudi, Putin tak terancam ditangkap. Sebab kedua negara tidak meratifikasi statuta Roma yang menjadi cikal bakal ICC.
Sejak agresi Israel ke Palestina berlangsung 7 Oktober lalu imbas serangan Hamas, Rusia berulang kali membela rakyat Palestina.
Putin bahkan mendesak kemerdekaan Palestina sebagai satu-satunya solusi terbaik mengakhiri konflik Israel dan Hamas yang berulang ini.
Dia juga mengatakan "elit penguasa AS" dan boneka mereka bertanggung jawab atas pembunuhan warga Palestina di Gaza, konflik di Ukraina, Afghanistan, Irak, hingga Suriah.
Putin bahkan pernah menyamakan Israel dengan Nazi akibat agresi brutalnya ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 16 ribu warga Palestina sejak 7 Oktober lalu.
Jumlah korban meninggal akibat agresi Israel ke Palestina ini bahkan telah melebihi korban tewas dalam invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022.
(blq/bac)