Kejahatan Israel, Gaza jadi 'Penjara Raksasa' sampai Zona Pembantaian

CNN Indonesia
Selasa, 12 Des 2023 06:00 WIB
Jalur Gaza sering disebut-sebut sebagai penjara terbuka, lantaran terperangkap di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania.
Warga Gaza terkurung dan dibantai Israel. (AFP/SAID KHATIB)

Sejak Israel meluncurkan agresi merespons serangan Hamas 7 Oktober lalu, Jalur Gaza yang sudah mengkhawatirkan menjadi semakin mengenaskan.

Pembunuhan massal terjadi di mana-mana. Warga sipil betul-betul tak bisa mendapatkan tempat aman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal agresi, Israel melancarkan serangan di Gaza utara, lantaran serbuan awal kelompok Hamas berasal dari sana. Sebagian besar masyarakat sipil pun menjadi korban.

Sebab Israel menargetkan berbagai fasilitas publik mulai dari kamp pengungsian, rumah sakit, tempat ibadah, hingga sekolah.

Karena banyaknya warga sipil yang tewas, komunitas global pun mengecam keras Israel. Israel akhirnya mendesak warga Gaza meninggalkan wilayah utara menuju selatan yang diklaim "tempat aman".

Namun pada faktanya, area selatan Gaza juga tak luput dari gempuran Israel. Negeri Zionis berulang kali menyerang wilayah selatan dan menewaskan ribuan korban sipil.

Pada 24 November, Israel sempat menghentikan serangan selama sepekan hingga 1 Desember dalam rangka gencatan senjata sementara dengan Hamas.

Selama periode itu, warga sipil banyak yang menetap di selatan agar selamat dari serangan Israel yang intens di utara.

Kendati demikian, setelah gencatan senjata berakhir, militer Zionis justru beralih menargetkan wilayah selatan, terutama Kota Khan Younis. Israel mengklaim pemimpin Hamas bersembunyi di bawah kota tersebut.

Ribuan warga Gaza pun kembali tewas akibat serangan fase kedua ini. Hanya sedikit dari jutaan orang yang tersisa diminta pergi ke Kota Al-Mawasi.

Kota Al-Mawasi adalah kota Badui pesisir yang kecil dan sempit dengan lebar sekitar 1 kilometer dan panjang 14 kilometer.

Sekitar 6,5 kilometer persegi kota ini diklaim Israel menjadi tempat aman bagi warga sipil untuk berlindung.

Area ini setara dengan setengah ukuran Bandara Heathrow London, yang dikunjungi 61 juta penumpang pada 2022 atau sekitar 167 ribu penumpang per hari.

Dengan kata lain, jika warga sipil berada di wilayah tersebut, kepadatan penduduknya akan melebihi 20 kali lipat Heathrow, bahkan jika semua penumpang harian bandara hadir dalam satu waktu.

Banyak pihak menilai menempatkan begitu banyak orang di satu daerah kecil bisa menciptakan "bencana" lain, yakni masalah kesehatan.

"Mencoba menjejalkan begitu banyak orang ke daerah sekecil itu dengan infrastruktur atau layanan yang begitu sedikit akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di 'tepi jurang'," kata Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER