Negara Tetangga RI Rusuh, Gubernur di Papua Nugini Sampai Mundur
Gubernur di Papua Nugini mengundurkan diri usai kerusuhan meletus di negara tetangga hingga menetapkan status darurat dua pekan.
Tony Wouwou selaku Gubernur Sepik Barat menjadi anggota parlemen ketujuh yang mundur dari pemerintahan James Marape.
Pengunduran diri ini tercantum dalam surat yang diajukan ke Sang PM tertanggal 11 Januari, dikutip media lokal Post Courier.
"Bapak Perdana Menteri dengan segala hormat, saya ingin memberi tahu Anda terkait keputusan saya sebagai anggota DPRD dan Gubernur Provinsi Sepik Barat mengundurkan diri dari pemerintahan Anda karena situasi sekarang dan kejadian yang dihadapi negara kita," kata Wouwou di surat itu.
Lebih lanjut, Wouwou mengaku kaget dan malu dengan kerusuhan serta penjarahan yang terjadi di dua kota Papua Nugini.
Wouwou menegaskan kekerasan, penyerahan, dan pengabaian total terhadap supremasi hukum tak mencerminkan demokrasi di negara tersebut.
"Sebetulnya, itu menyedihkan dan akan menjadi hari paling gelap dalam sejarah di negara ini," ujar dia.
Baru-baru ini, Ibu Kota Papua Nugini bergejolak karena kerusuhan.
Kerusuhan bermula setelah sekelompok tentara, polisi, dan sipir, melakukan pemogokan usai pemotongan gaji tanpa alasan.
Warga yang tak puas dengan pemerintah ikut dalam aksi tersebut. Kerusuhan lalu menyebar hingga ke Kota Lae.
Sejumlah orang menyerbu toko-toko melalui jendela kaca yang dipecah dan menjarahnya.
Video juga memperlihatkan banyak kepulasan asap hitam usai gedung-gedung dan mobil terbakar.
Polisi sampai-sampai meluncurkan tembakan untuk membubarkan kelompok penjarah.
Mengatasi kerusuhan itu, pemerintah Papua Nugini menetapkan status darurat selama 14 hari. Mereka juga mengerahkan tentara di jalan-jalan untuk berjaga.
(bac/isa/bac)