Awal Januari lalu, kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, bertengkar dengan Menteri Transportasi dan Keselamatan Jalan Miri Regev.
Pertengkaran terjadi saat Halevi memutuskan untuk memasukkan eks menteri pertahanan Israel, Shaul Mofaz, dalam panel yang dibentuk guna menyelidiki kesalahan militer saat peristiwa 7 Oktober di Israel selatan.
"Anda menunjuk Mofaz? Apakah Anda gila!?" seru Regev kepada Halevi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mofaz adalah sosok di balik keputusan Israel menarik diri dari Gaza pada 2005 silam. Sayap kanan Israel tak menyukai keputusan itu dan ingin perang Israel-Hamas di Gaza saat ini bisa membalikkan keadaan, demikian dilansir dari Al Jazeera.
Partai Likud, partai pimpinan Netanyahu, dikabarkan berbalik arah melawannya.
Pemimpin oposisi Yair Lapid menyatakan dalam akun X bahwa Partai Yesh Atid siap melakukan voting bersama Partai Likud untuk mengganti Netanyahu.
Netanyahu pun dilaporkan mulai ketakutan partainya bergabung dengan oposisi untuk menggulingkan dia, demikian dilaporkan Anadolu Agency.
Ancaman pemberontakan melawan Netanyahu di dalam Partai Likud dan pergerakan bersama oposisi untuk menggulingkannya semakin kuat baru-baru ini," tulis media Israel, Yedioth Ahronoth.
"Kritik dari partai dan anggota-anggota koalisi Likud semakin meningkat di tengah upaya melawan Netanyahu," demikian laporan dari Yedioth Ahronoth.
Tiga mantan perdana menteri Israel ramai-ramai menuntut Netanyahu turun dari jabatannya. Ketiga eks PM itu antara lain Ehud Barak, Yair Lapid, dan Ehud Olmert.
Saat Israel pertama diserang Hamas 7 Oktober lalu, Barak menggambarkan serangan itu sebagai pukulan terparah yang pernah dialami Israel sejak negara itu berdiri. Barak pun menyerukan agar Netanyahu dipecat lantaran sudah tak layak memimpin.
"Cara yang benar adalah dengan melihat solusi dua negara, bukan karena keadilan bagi rakyat Palestina, yang bukan merupakan prioritas utama saya, namun karena kita memiliki keharusan yang mendesak untuk melepaskan diri dari Palestina demi melindungi keamanan kita sendiri, negara kita. masa depan kita sendiri, identitas kita sendiri," ungkap Barak, dikutip dari Time.
Senada, Yair Lapid juga mendesak Netanyahu hengkang karena menilai Israel perlu pemulihan nasional. Selain itu, dia juga tak ingin Israel dipimpin oleh PM yang telah kehilangan kepercayaan publik.
Sementara itu, Ehud Olmert meminta Netanyahu mundur karena sang PM itu merupakan "bahaya nyata" bagi negara.
Olmert menilai masyarakat Israel telah menumpuk kemarahan besar terhadap Netanyahu. Dia juga mengklaim saat ini Netanyahu mengalami stres berat atas tekanan masyarakat Israel dan pejabat oposisi yang menuntutnya mundur.