Di kawasan Teluk, Houthi hanya mendapat dukungan dari Iran.
Pengamat lain hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii mengatakan selama ini Houthi memang memiliki kedekatan dengan Iran.
"Dalam banyak kesempatan pemimpin Iran menganggap Yaman sebagai salah satu proksi yang patut dipelihara," ujar Sya'roni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski hanya disokong Iran, serangan Houthi ke kapal AS-Inggris di Laut Merah tak mendapat respons negatif dari negara-negara Arab saat agresi Israel di Gaza terus berjalan, demikian menurut Yon.
"Dalam posisi ini kecenderungan negara Arab lain diam ya, tidak mengecam dan tidak menunjukkan sikap penentangan juga tidak mendukung" ungkap Yon.
Sikap semacam itu salah satunya tercermin dari Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS). Pada pekan lalu, dia lantang bersuara usai AS-Inggris menyerang milisi Houthi di Yaman.
MbS khawatir eskalasi meningkat di Laut Merah usai gempuran negara-negara Barat.
"Kerajaan Saudi menyerukan (semua pihak) menahan diri dan menghindari eskalasi sehubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi di kawasan ini," bunyi pernyataan Saudi, dikutip CNN.
Sikap negara Arab yang demikian rupa membuat AS-Inggris tak bisa secara tegas dan kuat melakukan serangan balik ke Houthi.
"Karena sebagian negara tidak mau terlibat peperangan dan cenderung ingin mengamankan kepentingan masing-masing," ujar Yon.
AS-Inggris unjuk gigi di Laut Merah?
Sya'roni memandang keterlibatan AS dan Inggris di kawasan Timur Tengah ingin pamer kekuatan.
"Terkait perkembangan di Laut Merah, komentar saya bahwa saat ini sedang ada usaha unjuk kekuatan dari militer AS dan Inggris," ujar Sya'roni.
Tindakan mereka bertujuan untuk menghentikan serangan Houthi yang "berupaya mengganggu lalu lintas barang di perairan Laut Merah."
Jauh sebelum serangan terbaru AS Cs ke Yaman, Negeri Paman Sam mengumumkan mereka dan sekutunya akan membentuk koalisi di Laut Merah bersama 10 negara lain termasuk Bahrain.
(isa/bac)