Meski telah mendeklarasikan memisahkan diri, klaim Transnistria sebagai sebuah negara tidak diakui oleh dunia. Transnistria pun hingga kini masih berstatus bagian dari wilayah Moldova.
Pada 2006, Transnistria pernah mendeklarasikan referendum kemerdekaan. Kendati, komunitas internasional tetap tak mengakui kemerdekaan wilayah itu.
Karena hal ini, Transnistria kerap disebut sebagai "negara yang tak diakui oleh dunia."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Transnistria dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia. Wilayah ini sejak lama menerima bantuan dan dukungan ekonomi, politik, hingga militer dari Moskow.
Transnistria juga menjadi lokasi Rusia menempatkan 1.500 tentaranya.
Meski tidak diakui sebagai sebuah negara merdeka, Transnistria secara de facto merupakan republik presidensial yang memiliki pemerintah, parlemen, militer, polisi, hingga mata uang sendiri.
Sejumlah negara sebetulnya telah mengakui kemerdekaan Transnistria, seperti Abkhazia, Republik Artskah, dan Ossetia Selatan.
Namun demikian, ketiga negara itu juga masih diakui secara terbatas oleh dunia, demikian dikutip dari CNN.
Pada 2006, kongres Transnistria meloloskan referendum agar bergabung dengan Rusia. Hasil kongres menyebut sebanyak 97,2 persen warga mendukung referendum agar Transnistria bersatu dengan Kremlin.
Keinginan Transnistria bergabung dengan Rusia pada dasarnya karena wilayah itu kerap merasa terancam dengan tindakan pemerintah Moldova.
Transnistria juga was-was dengan ancaman Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang terus meningkat. Ancaman itu salah satunya karena latihan bersama yang digelar NATO di kawasan sekitar.
Saking cemasnya, perwakilan Transnistria di Moskow, Leonid Manakov, sampai meminta Rusia meningkatkan jumlah pasukan "penjaga perdamaian" di wilayah tersebut.
(blq/rds)