Pengamat studi Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, mengatakan pihak yang paling efektif menyetop agresi Israel di Jalur Gaza ialah Dewan Keamanan (DK) PBB.
Menurut Sya'roni, DK PBB merupakan lembaga terkuat yang memiliki kemampuan untuk memaksa gencatan senjata.
"Sekaligus mampu memerintahkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian," kata Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, DK PBB punya kelemahan karena memberikan hak veto bagi lima negara anggota tetap badan tersebut. Kelima negara itu antara lain AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan China.
Dalam kebanyakan sidang DK PBB, AS menggunakan hak vetonya untuk menentang resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Ini juga terjadi saat sidang terakhir DK PBB Februari lalu.
Karenanya, meski belakangan mulai mendesak Israel, sikap AS yang cenderung ambivalen ini menurut Sya'roni membuat Zionis menganggap desakan Washington hanya sekadar "imbauan semata."
"Situasi politik di AS juga saya kira berpengaruh [terhadap sikap AS]. Sebab pemimpin AS sedang konsentrasi dengan tahapan pemilihan presiden sehingga kubu Republik dan Demokrat terlihat hati-hati merespons isu Israel-Palestina," kata Sya'roni.
"Rapat DK PBB yang terakhir dari 15 anggota: 13 menerima, 1 abstain, dan 1 menolak yakni AS. Artinya suara sebagian besar anggota sudah mengarah kepada opsi gencatan senjata, tinggal seberapa lama AS menahan diri untuk tidak memveto sebuah resolusi," ujarnya.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, juga menilai DK PBB adalah pihak yang mampu menghentikan Israel atas agresinya di Gaza.
Namun, yang jadi masalah, AS sebagai salah satu pemilik hak veto berulang kali menolak resolusi yang mendesak penghentian serangan brutal Israel terhadap warga Gaza.
"Jadi sebetulnya AS masih memberikan lampu hijau bagi kebrutalan Israel," kata Fahmi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/3).
Fahmi berpendapat meski AS memberikan kesan seolah-olah frustrasi karena tak bisa menyetop agresi Israel, AS pada dasarnya masih mengizinkan serangan-serangan itu berlanjut.
(blq/rds)