Anelle Sheline menjadi pejabat urusan luar negeri di Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Perburuhan yang mengundurkan diri pada 27 Maret lalu.
Ia menuding pemerintah AS telah sengaja membiarkan kekejaman di Gaza berlangsung lama.
"Sebagai perwakilan pemerintah yang secara langsung memungkinkan apa yang menurut Mahkamah Internasional bisa menjadi genosida di Gaza, upaya seperti itu hampir mustahil dilakukan," ujar Sheline.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kredibilitas apa pun yang dimiliki Amerika Serikat sebagai pendukung hak asasi manusia hampir seluruhnya hilang sejak perang dimulai," tambahnya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Hala Rharrit resmi mengundurkan diri pada 25 April.
Ia telah bekerja di departemen itu sejak 2022 dan melihat berbagai kenyataan pahit dari kejadian yang ada di Timur Tengah.
"Saya mengundurkan diri pada bulan April 2024 setelah 18 tahun mengabdi secara terhormat dalam menentang kebijakan Amerika Serikat di Gaza. Diplomasi, bukan senjata. Jadilah kekuatan untuk perdamaian dan persatuan," tulisnya dalam postingan LinkedIn.
Harrison Mann merupakan pejabat militer AS berpangkat mayor di Angkatan Darat. Dia memutuskan untuk mengundurkan diri pada 15 Mei lalu melalui sepucuk surat.
Anggota yang ditugaskan di Badan Intelijen Pertahanan AS itu mengungkap kebengisan AS yang dia sebut bisa "memungkinkan dan memberdayakan pembunuhan dan kelaparan puluhan ribu orang. warga Palestina yang tidak bersalah."
Mann lalu berujar, "tidak diragukan lagi berkontribusi terhadap dukungan tersebut."
Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga Yahudi, Mann mengaku malu dan bersalah selama ini.
Asisten kepala staf di Departemen Dalam Negeri AS, Lily Greenberg Call mengumumkan pengunduran diri pada 16 Mei.
Ia melakukan hal demikian usai melihat tingkah laku pemerintah AS yang terus menerus memberi dukungan terhadap serangan Israel di Gaza.
"Dengan hati nurani saya, saya tidak dapat lagi terus mewakili pemerintahan ini," ungkap Call.
Sebab, Call yang menghabiskan seluruh hidupnya di komunitas Yahudi turut merasakan kesedihan yang sama. Dia pun melihat bagaimana orang-orang di komunitasnya kehilangan orang yang dicintai sejak agresi brutal Israel.
Serangan Israel yang terus berlanjut terhadap warga Palestina tidak membuat orang-orang Yahudi tetap aman - baik di Israel maupun di Amerika Serikat," ujar Call.
Kendati demikian, Israel masih terus gencar menggempur berbagai lini wilayah Palestina. Sudah lebih dari 36.000 warga yang terbunuh akibat ulah keji tersebut.