Menurut laporan dari The Independent, skema investasi yang ditawarkan CPF disebut tidak menguntungkan. Sebab, masyarakat beranggapan bahwa mereka harus berusia di atas 80 untuk bisa mendapatkan seluruh uangnya.
Sedangkan untuk bisa menarik tabungan tersebut baru berlaku jika sudah berusia 55 tahun.
Warga yang berada di bawah usia 55 tahun hanya mendapatkan bunga 5 persen dari saldo gabungan CPF pertama mereka. Sedangkan mereka yang berusia lebih dari 55 tahun mendapatkan bunga hingga 6 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai skema tabungan pensiun, CPF mempunyai dua masalah lain. Yaitu soal penarikan 55 tahun yang sudah ketinggalan zaman, karena masyarakat hidup dan bekerja lebih lama.
Lebih dari itu, penarikan pada usia 55 tahun tidak terkoordinasi dengan rata-rata tingkat pensiun saat ini yang mencapai 62 tahun.
Asuransi yang ditawarkan pada warga yang berusia 65 tahun juga merugikan. Seperti contoh jika jumlah tabungan sebesar SG$155.000 mereka hanya menerima asuransi sekitar SG$1.200.
Hal ini tercermin saat Pandemi COVID-19 melanda Singapura. Orang-orang yang saat itu kehilangan pekerjaan dihadapkan dengan kenyataan pahit karena tidak bisa mengandalkan CPF sebagai dana darurat.
Lihat Juga : |
Kendati demikian, pemerintah Singapura disebut telah mengatasi permasalahan itu. Singapura mengenalkan Dana Bantuan Sementara dan Hibah dukungan COVID-18 bagi masyarakat yang terdampak akibat pandemi tersebut.
Pemerintah pun kerap memantau ihwal biaya hidup yang menyesuaikan dengan berbagai situasi ekonomi dan sosial.
Berbeda dengan generasi tua, kalangan muda melihat CPF sebagai salah satu investasi yang menguntungkan. Sebab, mereka bisa menabung dari usia muda dan dapat diambil nanti setelah memasuki masa tua.
Sistem tersebut juga dimanfaatkan oleh masyarakat kelas menengah yang tidak memiliki banyak pilihan untuk berinvestasi.
"Kelas menengah adalah kelompok yang tidak memiliki pilihan investasi yang baik, itulah sebabnya mereka menggunakan CPF sebagai cara untuk meningkatkan masa pensiun mereka. Dan kelompok kelas menengah ini sangat besar," ungkap pendiri gerakan keuangan pribadi lokal 1M65 Loo Cheng Chuan, dikutip dari Channel News Asia.
Sejauh ini, skema tabungan melalui CPF mendapat respon positif dari masyarakat berbagai kelas di Singapura. Mereka kerap menggunakan CPF sebagai solusi penghidupan diri jika telah pensiun dari pekerjaannya.
Penerapan regulasi terkait CPF pun masih terus ditinjau berkala oleh pemerintah Singapura guna menyesuaikan dengan keadaan ekonomi maupun sosial saat ini.
(val/bac)