Menurut al-Samiri, orang-orang Yahudi telah memisahkan diri dari "iman asli". Dia menegaskan tak ada istilah 'orang Yahudi' dalam kitab Taurat, yang ada hanyalah orang-orang Bani Israil.
"Bangsa Israel memisahkan diri dari iman asli dan menetapkan Yerusalem sebagai tempat suci baru mereka," katanya.
"Ada ribuan perbedaan antara Taurat kuno dengan apa yang diklaim orang Yahudi [modern]. Mereka bahkan telah mengubah bahasa Ibrani," ujar al-Samiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pandangan al-Samiri, iman Samaria didasarkan pada lima pilar. Pertama, hanya ada satu Allah. Kedua, Musa adalah nabi Allah. Ketiga, otoritas lima kitab Taurat (Pentateuch). Keempat, kesucian Gunung Gerizim. Kemudian kelima, manusia suatu hari akan dihakimi oleh Tuhan pada hari perhitungan terakhir.
"Kami adalah keturunan sejati Beni Israel. Kata 'Samaria' secara harfiah berarti 'penjaga Hukum' dalam bahasa Ibrani," ujar al-Samiri.
Sebagian besar orang Samaria memegang kewarganegaraan Palestina. Namun, karena kondisi geopolitik khusus di lokasi mereka tinggal, beberapa orang juga memegang kewarganegaraan Israel atau Yordania.
Al-Samiri menjelaskan orang Samaria secara kolektif menolak untuk melepaskan kewarganegaraan Palestina mereka untuk ditukar dengan kewarganegaraan penuh Israel.
Kendati begitu, mereka diminta memegang kewarganegaraan Israel jika ingin berkomunikasi dengan orang Samaria yang tinggal di Kota Holon, Israel.
"Tapi kami dipaksa untuk memegang kewarganegaraan Israel untuk berkomunikasi dengan sesama orang Samaria yang tinggal di kota Holon, Israel," kata al-Samiri.
Lihat Juga : |
Total populasi komunitas Samaria hanya 785 orang. Mereka tersebar di antara Gunung Gerizim dekat Nablus dan Holon, yang terletak di dekat Tel Aviv, Israel tengah.
"Orang Samaria tidak suka terlibat dalam politik dan lebih suka bertindak sebagai jembatan perdamaian antara orang Yahudi dan Palestina," kata al-Samiri.
Kendati begitu, kata Al-Samiri, beberapa orang Samaria yang tinggal di wilayah Palestina yang diduduki Israel bergabung dengan kelompok perlawanan sehingga banyak ditangkap oleh otoritas Israel.
Al-Samiri sendiri menegaskan dirinya mendukung solusi dua negara atas konflik menahun Israel-Palestina. Solusi dua negara adalah pembentukan negara Palestina dengan ibu kota di Yerusalem Timur, bersebelahan dengan Negara Israel.
"Kegagalan yang sedang berlangsung untuk mendirikan negara Palestina merdeka tetap menjadi ancaman bagi perdamaian global," katanya.
(blq/bac)