Profesor politik Eropa di King's College London, Sofia Vasilopoulou, mengatakan kebangkitan sayap kanan di Eropa terkait keinginan pemilih yang memprotes status quo dan tokoh yang sudah lama berkuasa.
Vasilopoulou juga menyebut partai kanan punya sejumlah kelompok yang disebut pemilih 'pinggiran'. Mereka kurang percaya terhadap politik dan lembaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini semacam protes terhadap politik secara umum, dan ada cukup banyak pemilih yang mereka dapat karena itu," ujar dia.
Lebih lanjut, Vasilopoulou mengatakan partai sayap kanan dan sayap kanan garis keras tidak hanya menang karena isu imigrasi.
"Mereka bisa menang karena menarik koalisi pemilih yang memilih mereka karena berbagai alasan."
Para pengamat lain mengatakan kebangkitan sayap kanan di Eropa karena ekonomi yang menurun, representasi kelas terkikis, dan akuntabilitas yang minim di Uni Eropa.
Profesor ilmu politik di Universitas Athena, Filippa Chatzistavrou, menyebut situasi ekonomi punya peran utama dalam kebangkitan sayap kanan.
Chatzistavrou menyebut ada peningkatan ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi neoliberal yang memangkas daya beli kelas pekerja dan melemahkan kesejahteraan sosial.
Situasi sosial itu, kata dia, belum ditangani partai-partai sayap kiri, sehingga partai sayap kanan semakin menarik bagi banyak orang dan berbahaya.
"Itu berarti konstituensi sayap kanan telah meluas melampaui kelas pekerja dan penduduk pedesaan hingga mencakup beberapa kelas atas dan kaum muda, sehingga menimbulkan risiko baru," kata Chatzistavrou, dikutip Anadolu Agency, Maret lalu.
(isa/bac)