Sebagian besar orang Samaria memegang kewarganegaraan Palestina. Namun, karena kondisi geopolitik khusus di lokasi mereka tinggal, beberapa orang juga memegang kewarganegaraan Israel atau Yordania.
Al-Samiri menjelaskan orang Samaria secara kolektif menolak untuk melepaskan kewarganegaraan Palestina mereka untuk ditukar dengan kewarganegaraan penuh Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, mereka diminta memegang kewarganegaraan Israel jika ingin berkomunikasi dengan orang Samaria yang tinggal di Kota Holon, Israel.
"Tapi kami dipaksa untuk memegang kewarganegaraan Israel untuk berkomunikasi dengan sesama orang Samaria yang tinggal di kota Holon, Israel," kata al-Samiri.
Total populasi komunitas Samaria hanya 785 orang. Mereka tersebar di antara Gunung Gerizim dekat Nablus dan Holon, yang terletak di dekat Tel Aviv, Israel tengah.
"Orang Samaria tidak suka terlibat dalam politik dan lebih suka bertindak sebagai jembatan perdamaian antara orang Yahudi dan Palestina," kata Al-Samiri.
Kendati begitu, kata Al-Samiri, beberapa orang Samaria yang tinggal di wilayah Palestina yang diduduki Israel bergabung dengan kelompok perlawanan sehingga banyak ditangkap oleh otoritas Israel.
Al-Samiri sendiri menegaskan dirinya mendukung solusi dua negara atas konflik menahun Israel-Palestina. Solusi dua negara adalah pembentukan negara Palestina dengan ibu kota di Yerusalem Timur, bersebelahan dengan Negara Israel.
"Kegagalan yang sedang berlangsung untuk mendirikan negara Palestina merdeka tetap menjadi ancaman bagi perdamaian global," katanya.
(blq/bac)