Iran merepons kabar soal kematian pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh karena bom yang diselundupkan dan ditanam di tempat menginapnya selama di Teheran sejak dua bulan lalu.
Kabar itu seakan mematahkan klaim aparat Iran sejauh ini yang mengatakan kalau Haniyeh tewas imbas serangan rudal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi mengaku pihaknya juga menerima laporan serupa.
"Mengenai bagaimana dia dibunuh, kami mempunyai laporan serupa dan investigasinya belum selesai. Ya, investigasi ini sedang berlangsung," ujar Boroujerdi saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (2/8).
"Beberapa dari mereka mengatakan bahwa sebagian besar penyebabnya adalah rudal atau bom atau semacamnya. Kami belum mengetahuinya karena kami belum memiliki hasil investigasi yang menyeluruh," sambung Boroujerdi.
Ismail Haniyeh tewas di Iran pada Rabu (31/7) dini hari usai sebuah serangan meledakkan tempat dia menginap di Teheran.
Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7). Dia juga sempat bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sampai saat ini, Israel bungkam soal tuduhan menjadi dalang pembunuhan Haniyeh. Namun, Tel Aviv mengakui telah melancarkan operasi pembunuhan sejumlah pemimpin milisi "musuh" dalam sebulan terakhir.
Iran mengaku tak akan tinggal diam atas peristiwa tewasnya Haniyeh ini. Teheran bertekad Israel bakal menerima hukuman berat atas peristiwa itu.
Kendati demikian, Boroujerdi belum dapat mengungkap rencananya atas Israel tersebut.
Sebelumnya, Iran mengatakan Haniyeh tewas imbas serangan rudal. Menurut media Iran, kediaman Haniyeh diserang oleh "proyektil berpemandu udara".
Sumber Iran mengatakan kepada media Lebanon pro-Hizbullah Al Mayadeen bahwa rudal tersebut ditembakkan dari luar Iran.
Namun, investigasi terbaru The New York Times (NYT) memaparkan serangan di kediaman Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/8) bukan oleh rudal, melainkan bom.
Mengutip sumber dari tujuh pejabat Timur Tengah dan seorang pejabat Amerika Serikat, laporan investigatif NYT menyebutkan pembunuhan Haniyeh di ibu kota Teheran terjadi akibat ledakan bom, bukan rudal seperti yang diasumsikan selama ini.
Lima pejabat Timur Tengah menyebut bom di kediaman Haniyeh ini telah diselundupkan ke Teheran sejak dua bulan lalu.
Bom itu diduga ditanam saat keamanan di wisma Haniyeh sedang longgar. Wisma Haniyeh sendiri dioperasikan dan dijaga oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Belum jelas bagaimana bom tersebut bisa disembunyikan di wisma yang semestinya dijaga ketat tersebut.
Para pejabat meyakini Negeri Zionis telah mempersiapkan penyelundupan bom ke tempat tinggal Haniyeh sejak lama dan sudah mengawasi secara ekstensif lokasi wisma Haniyeh di Iran.
Dua pejabat Iran menyatakan Haniyeh dan pengawalnya tewas imbas ledakan yang mengguncang wisma atau kediaman tempat mereka menginap.
Wisma itu merupakan bagian dari kompleks besar yang dikenal sebagai Neshat, yang terletak di Teheran utara.
Adapun menurut para pejabat Timur Tengah, Haniyeh sering menginap di wisma tersebut apabila berkunjung ke Iran.
Ia beberapa kali menempati wisma itu ketika berada di ibu kota Teheran.
Haniyeh adalah kepala biro politik gerakan Hamas. Selain itu, Haniyeh juga pernah menjabat Perdana Menteri ke-10 Palestina.
Haniyeh tewas dibunuh di kediamannya saat berada di Teheran, Iran, akibat serbuan Israel pada Rabu (31/7). Namun, Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hal ini.
(pop/rds)