Pembunuhan Haniyeh pun memicu spekulasi soal tingkat keamanan di Iran yang rapuh mengingat pemimpin Hamas itu ialah tamu kenegaraan Iran.
Selama ini, Hamas memang menjadi milisi bagian dari Front Perlawanan yang merupakan sekutu dan dianggap proksi Iran.
Insiden serangan juga terjadi tak lama usai Iran melantik presiden terpilih yang menjadi simbol pemerintahan baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pengamat pun menilai pembunuhan Haniyeh pukulan telak dan memalukan bagi Iran, yang sudah beberapa kali pejabatnya juga terbunuh dalam serangan diduga dilakukan Israel dan intelijennya, Mossad.
Sebab, Iran pun merupakan musuh bebuyutan Israel.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan dalam insiden ini Iran kebobolan.
"Ini tentu memalukan ya dari pihak Iran sendiri karena tokoh, tamu undangan mereka dibunuh di wilayah Iran yang bisa saja menunjukkan 'kebobolan' baik dari sisi intelijen," kata Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (1/8).
Yon menduga pihak itu adalah agen badan intelijen Israel, Mossad, yang menjadi mata-mata di Iran.
Selain masalah intelijen, Yon juga menyoroti tingkat keamanan Iran, yang berkaitan dengan militer dalam hal ini Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
"Iran secara umum masih kuat tetapi wilayah yang terbuka. Secara keamanan riskan sehingga yang terjadi pembunuhan Haniyeh," kata dia.
Analis intelijen dan keamanan Israel, Ronen Solomon, mengatakan serangan di Teheran menjadi aib besar bagi Iran.
Selama berada di tempat tinggalnya di Qatar, Haniyeh dikelilingi banyak pengawal. Namun ironisnya, dia hanya dikawal satu orang selama berada di Teheran.
"Biasanya jika terjadi ledakan, kita melihatnya. Kami tidak mendengar peringatan. Jika terjadi serangan, di sebelah utara Teheran ada Laut Kaspia," kata Solomon.
"Jika saya adalah unit khusus dengan peluru kendali, saya dapat melakukannya dari laut dengan peluru kendali jelajah. Laut Kaspia di utara tidak jauh dari Teheran," imbuhnya seperti dikutip Iran International.
(rds)