Dimensi utama kepausan Fransiskus adalah kaum miskin dan orang-orang tertindas.
Sejak awal, Paus telah mempromosikan pelayanan yang lebih luas agar mencakup semua kelompok termasuk orang Kristen non-Katolik dan non-Kristen.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat dengan jelas bahwa hal yang paling dibutuhkan gereja saat ini adalah kemampuan untuk menyembuhkan luka dan menghangatkan hati umat beriman; dibutuhkan kedekatan," kata Fransiscus saat wawancara yang dirilis majalah Jesuit America Magazine pada 2013.
Dia lalu berujar, "Saya melihat gereja sebagai rumah sakit lapangan setelah pertempuran."
Tak cukup sampai di sana, pada November 2013, Fransiskus mengeluarkan nasihat apostolik "Sukacita Injil." Isinya mengecam ketimpangan ekonomi dan menyerukan gereja untuk merangkul keberagaman.
Kemudian pada 2015, Fransiskus merilis ensiklik atau surat kepausan Laudato Si "Puji Bagi Mu." Surat ini bersifat formal dan diserukan untuk gereja-gereja Katolik di seluruh dunia.
Laudato itu menyatakan kerusakan lingkungan merupakan masalah moral yang dipicu keserakahan dan kapitalisme yang tak terkendali. Kondisi ini menyebabkan manusia melupakan hubungan yang mengikat dan mengabaikan Bumi.
Dengan mempromosikan konsep "ekologi integral," Fransiskus menghubungkan tindakan dosa terhadap alam dengan eksploitasi ekonomi terhadap manusia miskin dan pelanggaran hak asasi manusia. Dokumen tersebut juga penting karena sebagai bentuk dukungan terhadap hak-hak masyarakat adat .
Dokumen itu juga berisi upaya dia untuk mempromosikan persatuan antara umat Katolik, non-Katolik, dan non- Kristen serta permintaan maafnya ke para penyintas pelecehan seksual oleh pendeta.
(isa/bac)