Sementara itu, Toshiyuki Mimaki, salah satu anggota Nihon Hidankyo yang juga aktivis anti-nuklir Jepang, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, menyebut seharusnya hadiah Nobel Perdamaian 2024 untuk para pejuang di Gaza.
Mimaki terkejut karena Nihon Hidankyo memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian, alih-alih orang-orang yang bekerja untuk menghentikan perang Israel di Gaza.
"Saya pikir mereka yang berjuang keras untuk perdamaian di Gaza pantas mendapatkannya," tutur Mimaki sembari terharu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak pernah saya bermimpi ini bisa terjadi. Mereka memilih Nihon Hidankyo? Saya pikir mereka yang berjuang keras untuk perdamaian di Gaza pantas mendapatkannya," ucapnya.
"Gambar anak-anak di Gaza yang berlumuran darah digendong oleh orang tua mereka mengingatkan saya pada Jepang 80 tahun yang lalu. (Anak-anak) kehilangan ayah mereka dalam perang dan kehilangan ibu mereka karena bom nuklir. Mereka jadi yatim piatu," ungkap pria berusia 81 tahun ini.
Antara 60.000 dan 80.000 orang tewas seketika setelah Enola Gay, pesawat pengebom B-29 AS, menjatuhkan bom nuklir seberat 15 kiloton di Hiroshima pada pagi hari tanggal 6 Agustus 1945, dengan jumlah korban tewas meningkat menjadi 140.000 pada akhir tahun. Tiga hari kemudian, AS menjatuhkan bom plutonium di Nagasaki, menewaskan 74.000 orang.
Saat ini, jumlah orang yang secara resmi diakui tewas akibat dampak pengeboman tersebut mencapai 344.306 di Hiroshima dan 198.785 di Nagasaki. Rata-rata usia 106.000 orang yang selamat hampir 86 tahun, menurut kementerian kesehatan Jepang.
(wiw)