Khalil Al-Hayya merupakan wakil pemimpin tertinggi Hamas, yang kini berbasis di Qatar.
Hayya dilaporkan berada di apartemen yang sama ketika Israel mencoba menyerang pemimpin Hamas sebelumnya, Ismail Haniyeh, di Iran pada Juli 2024 lalu. Namun, saat serangan dilakukan, Hayya dilaporkan sudah pergi dari apartemen tersebut.
Pada 2007, Israel pernah melakukan serangan ke rumah Hayya hingga menewaskan beberapa kerabatnya. Namun, ia berhasil selamat dari insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden serupa juga pernah terjadi pada 2014. Saat itu, Israel kembali menyerang rumah Hayya hingga menewaskan putra sulungnya.
Mahmoud Al Zahar juga merupakan salah satu petinggi Hamas yang berprofesi sebagai dokter bedah. Kerabatnya kerap memanggil dia dengan sebutan "jenderal" karena sikapnya yang kerap menentang pendudukan Israel di Palestina.
Zahar pernah menjadi target pembunuhan Israel pada 2003. Namun, saat itu, pria yang kini berusia 79 tahun tersebut berhasil selamat.
Zahar juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Hamas saat kelompok milisi tersebut berhasil mengambil alih pemerintahan politik Gaza pada 2007.
Hingga saat ini, kabar Zahar masih belum jelas. Sebab, ia sama sekali belum muncul ke hadapan publik sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Mohammad Shabana merupakan salah satu komandan senior Hamas yang masih tersisa. Pria yang juga dikenal dengan sebutan Abu Anas Shabana ini kini memimpin pasukan militer Hamas di wilayah di Rafah, Gaza selatan.
Shabana mengambil alih komando batalion Rafah setelah Israel membunuh tiga komandan utama milisi tersebut selama perang 50 hari pada tahun 2014.
Menurut laporan Hamas, Shabana memainkan peran penting dalam pembangunan jaringan terowongan yang digunakan militer Hamas untuk menyerang Israel di wilayah perbatasan.
Selain itu, Shabana juga berperan dalam membantu Hamas melakukan serangan terhadap Israel pada 2006.