Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant karena kehilangan kepercayaan, terutama selama agresi Israel di Gaza.
Dalam pernyataan tertulis pada Selasa (5/11) malam, Netanyahu mengatakan bahwa "kepercayaan antara dirinya dan Gallant "telah retak" menyusul berbagai cekcok antara keduanya selama berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gallant kini digantikan oleh Menteri Luar Negeri Israel Katz dan posisi Katz akan ditempati oleh Gideon Sa'ar.
Terkait pemecatannya, Gallant mengatakan bahwa keputusan itu merupakan hasil dari perselisihan dirinya dan Netanyahu mengenai tiga hal, yakni masalah wajib militer ultra-Ortodoks, pembebasan seluruh sandera di Gaza, dan perlunya penyelidikan resmi atas serangan milisi Hamas pada 7 Oktober.
"Tidak ada dan tidak akan ada ampunan bagi mereka yang menelantarkan para sandera," katanya.
Yoav Gallant merupakan mantan jenderal yang memasuki dunia politik pada 2015 usai lebih dari 40 tahun bertugas di militer.
Gallant memulai kariernya di militer pada 1977 sebagai komando angkatan laut di Shayetet 13.
Pada awal 1980, karier militernya sempat terputus karena dirinya pindah ke Alaska. Di sana, Gallant bekerja sebagai penebang pohon namun tak lama kembali lagi ke pasukan angkatan laut.
Pada 1992, Gallant ditunjuk untuk memimpin Shayetet 13, dua tahun setelah dia sempat pindah ke angkatan darat.
Tiga tahun bertugas sebagai komandan Shayetet 13, Gallant akhirnya naik pangkat menjadi komandan Divisi Gaza. Dia juga memimpin Divisi Lapis Baja cadangan ke-340 (Formasi Idan) dan kemudian menjadi Kepala Staf Markas Besar Angkatan Darat GOC pada 2001.
Pada 2008, Gallant memimpin pasukan dalam operasi melawan Hamas di Jalur Gaza, yang dikenal sebagai Operasi Cast Lead. Operasi itu melibatkan pertempuran selama hampir sebulan dan menewaskan 1.418 warga Palestina serta 13 warga Israel.
Pada 2015, Gallant akhirnya meninggalkan militer dan mulai menggeluti politik. Ia terpilih sebagai anggota parlemen dari Partai Kulanu yang berhaluan kanan-tengah. Dari sana, karier politiknya melesat karena dia diangkat menjadi Menteri Perumahan dan Konstruksi dalam pemerintahan baru.
Ia lalu masuk ke Partai Likud, yang dipimpin Netanyahu, pada 2018 dan melepaskan jabatannya sebagai menteri di bidang konstruksi. Sehari usai bergabung, ia diangkat menjadi Menteri Aliyah dan Integrasi.
Setelah itu, ia menduduki posisi menteri pendidikan dan akhirnya menjabat sebagai menteri pertahanan pada 2022, demikian dikutip The New Arab.
Gallant merupakan sosok yang berani menentang Netanyahu. Saat Netanyahu berencana mereformasi sistem peradilan, Gallant berdiri bersama warga Israel menyatakan ketidaksetujuannya atas gagasan tersebut.
Reformasi itu sendiri diprotes karena mengerdilkan peran Mahkamah Agung Israel. Reformasi juga ditentang karena memungkinkan parlemen membatalkan putusan pengadilan lewat suara mayoritas sederhana.
Angkatan Bersenjata Israel merupakan lini yang ikut memprotes rencana Netanyahu. Para perwira, tentara, hingga pilot sampai mengancam akan berhenti bertugas jika rencana itu dilaksanakan.
Karena kondisi itu, Gallant mengkritik Netanyahu dengan menyebutnya telah memicu perpecahan yang semakin dalam.
"Ini adalah bahaya yang jelas, segera, dan nyata bagi keamanan Israel," kata Gallant.
Ini adalah kali kedua Netanyahu memecat Gallant. Akibat kritiknya kepada pemerintah soal usulan reformasi peradilan, Gallant juga dipecat Netanyahu pada Maret 2023 hingga menyebabkan demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri.
(blq/dna)