Kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menjadi sorotan usai kembali menyerang Suriah dan menguasai sejumlah kota di negara itu.
HTS mengklaim mereka menguasai Provinsi Hama hingga kota terbesar Suriah, Aleppo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serbuan itu memaksa Presiden Suriah Bashar Al Assad mengerahkan pasukan ke wilayah-wilayah yang dikuasai HTS termasuk Aleppo.
Lalu, siapa sebetulnya kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Sham?
Hayat Tahrir Al Sham atau yang berarti Organisasi Pembebasan Levant menguasai wilayah Idlib. Kelompok ini disebut-sebut sebagai pemberontak terkuat di Suriah.
Kelompok ini pertama muncul di Suriah pada Januari 2012 usai perang saudara dengan nama Front Al Nusra. Mereka mulanya berasosiasi dengan Tentara Pembebasan Suriah untuk melawan Assad, namun akhirnya mereka memisahkan diri.
Mantan pemimpin kelompok itu, Abu Mohammed Al Golani mengatakan Front Al Nusra ingin menegakan pemerintahan Islam di Suriah.
Front Al Nusra mulanya juga mengklaim sebagai bagian dari kelompok Al Qaeda di Irak. Kemudian pada 2016, mereka pecah kongsi dan mengganti nama menjadi Front Fatah Al Sham.
Mereka mengklaim hanya punya "tujuan lokal" bukan khilafah global seperti Al Qaeda, demikian dikutip NDTV.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Bentrok Warga Muslim Pakistan hingga 100 Orang Afghanistan Ditangkap |
Setahun kemudian kelompok tersebut bubar dan membentuk Hayat Tahrir Al Sham.
Kelompok Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan anggota HTS sebagian besar jihadis Suriah dan jumlahnya diduga sekitar 30 ribu orang.
Pengamat dari Institut Timur Tengah, Charles Lister, mengatakan HTS punya anggota dari luar negeri.
"HTS punya sejumlah besar pejuang asing, kemungkinan sekitar 20 persen dari total pasukan," kata Lister.
Pejuang asing HTS kebanyakan berasal dari negara Timur Tengah, "tetapi ada juga dari wilayah berbahasa Rusia, Eropa dan Asia selatan."
HTS menguasai Sebagian besar wilayah provinsi Idlib.
HTS memerintah sebagian wilayah Suriah melalui Pemerintahan Keselamatan Suriah (SSG). Dengan cara itu, mereka bisa menyediakan layanan penting seperti bantuan pangan dan program kesejahteraan bagi warganya.
Kelompok ini juga mengendalikan sumber daya penting, termasuk perlintasan perbatasan Bab al-Hawa dengan Turki, yang memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Tak hanya itu, HTS membentuk pemerintahan sipil yang menarik pajak cukai di perbatasan dengan Turki dan mengenakan pajak pada para pedagang.
Peneliti dari Pusat Keamanan Amerika Baru, Nicholas Heras, mengatakan HTS mengatur keluar masuk barang di Idlib.
"[HTS] ini membantu pendanaan mereka serta membuat kekuasaannya melebihi ukuran mereka," kata Heras.
Ingin lengserkan rezim Assad
Para pengamat menilai sejak lama Hayat Tahrir Al Sham ingin melengserkan pemerintahan Assad dan menerapkan prinsip Islam di negara tersebut.
Media AS, Washington Post, juga punya penilaian serupa.
"Bagi HTS, tujuannya adalah untuk menegakkan pemerintahan Islam di Suriah," demikian laporan mereka.
Jalan mereka kian terbuka usai bala bantuan dari Hizbullah dan Iran untuk rezim Assad melemah.
Hizbullah harus menarik pasukan dari Suriah demi mencegah invasi brutal Israel ke Lebanon.
Iran saat ini juga sedang ketar-ketir usai empat kota diserang Israel dan sistem pertahanan mereka rontok.
(isa/bac)