Suriah Mendidih hingga Assad Kabur, Apa Efek bagi Eskalasi di Timteng?

Lebih lanjut, Dina juga menyoroti makna kejatuhan Assad bagi Amerika Serikat. Ia menilai, jatuhnya rezim otoriter Assad sebetulnya menjadi 'angin segar' bagi AS. Sebab, peristiwa ini memang sudah ditunggu-tunggu oleh Negeri Paman Sam sejak lama.

AS sudah lama berupaya menggulingkan rezim Assad dari Suriah. Hal tu juga dibuktikan oleh dokumen CIA yang dirilis pada 1983. Dalam dokumen itu, tertulis rencana AS untuk menggulingkan rezim Assad karena dianggap menghalangi 'kepentingan' mereka di Timur Tengah. Namun, rencana ini tidak kunjung berhasil.

Lihat Juga : FBI Tawarkan Rp15,8 M untuk Informasi soal Austin Tice di Suriah

Meski begitu, kata Dina, AS kini dirundung dilema. Dengan kata lain, mereka ragu untuk mendukung kejatuhan rezim Assad di Suriah. Sebab, kelompok oposisi yang berhasil menggulingkan rezim Assad, HTS, adalah kelompok yang mereka sebut sebagai teroris.

"Menggulingkan Assad adalah rencana lama AS. Dalam dokumen rahasia CIA tahun 1983 yang sudah bisa diakses publik, terlihat bahwa AS berencana menyerang Suriah. Dalam dokumen ini disebutkan bahwa Suriah adalah penghalang bagi kepentingan AS di Lebanon dan Teluk karena rezim Assad menutup jalur pipa minyak Irak. CIA merekomendasikan agar Pemerintah AS meningkatkan tekanan kepada Assad dengan merancang diam-diam serangan militer di perbatasan Irak, Israel, dan Turki," kata Dina.

"Jadi, tergulingnya Assad adalah keberhasilan rencana AS. Hanya saja, ironisnya, faksi terkuat saat ini adalah HTS yang oleh AS selama ini dikategorikan teroris. Ini tentu menimbulkan dilema untuk AS, bagaimana menjawab pertanyaan publik dunia, mengapa AS justru bersekutu dengan HTS, meski sejak beberapa tahun terakhir ada upaya di media Barat untuk membuat citra baru tentang HTS dan Al Jaulani," tambahnya.