Media pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk pertama kalinya mengomentari drama darurat militer Korea Selatan dan menilai negara itu krisis gegara kebijakan presiden diktator.
Dalam artikel yang tertuang di surat kabar pemerintah Rodong Sinmun edisi Rabu (11/12), Korut menyebut aksi Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mendeklarasikan darurat militer telah menjerumuskan negara itu ke dalam "kekacauan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keputusan mengejutkan dari boneka Yoon Suk Yeol untuk mengarahkan senjata fasis dan bayonetnya kepada rakyatnya sendiri telah mengubah negara boneka Korea Selatan menjadi kekacauan," demikian isi artikel tersebut, seperti dikutip The New York Times.
Ini merupakan komentar publik pertama Korut terhadap kontroversi darurat militer Korsel. Meski begitu, Rodong Sinmun tak terlalu menonjolkan topik panas itu dalam pemberitaannya.
Media pemerintah Korut tersebut memuatnya di halaman keenam dan langsung merangkum peristiwa sekaligus, mulai dari upaya gagal Yoon menguasai Majelis Nasional pada 3 Desember, meluasnya protes di seluruh Korea Selatan, dan ketidakpastian politik yang terjadi sejak saat itu.
"Masyarakat internasional mengawasi dengan cermat dengan menilai bahwa insiden darurat militer mengekspos kerentanan dalam masyarakat Korea Selatan," tulis Rodong Sinmun, seperti dikutip AFP.
"Para komentator menggambarkan deklarasi mendadak Yoon atas darurat militer sebagai langkah putus asa dan bahwa kehidupan politik Yoon Suk Yeol bisa menghadapi akhir dalam waktu dekat," lanjut surat kabar tersebut.
Saat mengumumkan status darurat militer, Yoon menyampaikan bahwa ada ancaman dari Korea Utara dan kekuatan anti-negara sehingga darurat militer perlu ditetapkan.
Sejak status itu berlaku dan akhirnya dicabut, tak ada komentar apa pun dari Korea Utara, baik yang mengonfirmasi maupun membantah.
Hubungan Korut dan Korsel saat ini berada dalam titik didih usai Seoul mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat dan terus melakukan latihan militer bersama dalam beberapa waktu terakhir.
Pyongyang yang marah pun meluncurkan rudal-rudal di sekitar Korea dalam berbagai uji cobanya.
Bukan cuma itu, Korut juga beraksi dengan menerbangkan balon-balon berisi sampah dan kotoran ke Korsel sebagai respons atas pamflet yang dikirimkan aktivis Seoul.
Korsel lantas membalas dengan menempatkan pengeras suara besar di perbatasan guna menyiarkan propaganda.
Presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo Jin, menilai aksi diam Korut terhadap darurat militer Korsel kemungkinan karena Korut sedang diperhatikan dunia imbas pengerahan pasukannya ke Rusia.
"Korea Utara mungkin berhati-hati tentang bagaimana hal ini dapat memengaruhi militer mereka, terutama karena banyak pasukan Korea Utara saat ini dikerahkan ke Rusia," katanya kepada AFP.
(blq/bac)