Greenland merupakan pulau terbesar di dunia yang terletak di posisi geopolitik unik, yaitu antara Amerika Serikat dan Eropa. Ibu kota Greenland, Nuuk, lebih dekat ke New York dibandingkan ke ibu kota Denmark, Kopenhagen.
Menurut peneliti senior di Institut Studi Internasional Denmark, Ulrik Pram Gad, Amerika Serikat sejak lama memandang Greenland sebagai kunci bagi keamanan AS. Utamanya, untuk mencegah potensi serangan dari Rusia.
Selain itu, Jalur Barat Laut selaku jalur pelayaran membentang di sepanjang pantai Greenland. Ini merupakan wilayah maritim strategis yang menjadi bagian dari celah Greenland-Islandia-Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Greenland juga dikenal kaya akan sumber daya alam.
Menurut Klaus Dodds, profesor geopolitik di Royal Holloway, University of London, apa yang mungkin menarik perhatian Trump yaitu mineral yang terkandung di dalam Greenland.
Lihat Juga : |
Greenland memiliki simpanan minyak dan gas, serta logam tanah jarang yang sangat diminati untuk mobil listrik dan turbin angin transisi hijau, serta untuk pembuatan peralatan militer.
Sementara itu, untuk Terusan Panama, jalur air ini merupakan jalur yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik, yang bertanggung jawab atas 6 persen perdagangan maritim dunia.
Sekitar 40 persen kapal-kapal kargo AS melintas di jalur air itu.
Pada 2023 memperoleh pendapatan rekor nyaris $5 miliar atau sekitar Rp81 triliun.
Mengenai Kanada, menurut mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, wacana itu hanya kelakar semata. Pernyataan Trump ingin membuat Kanada sebagai negara bagian ke-51 semata-mata cuma untuk meledek PM Trudeau.
"Dia [Trump] tahu pernyataannya menyinggung Trudeau karena dia memanggilnya 'Gubernur Trudeau' dan bicara mengenai Kanada sebagai negara bagian ke-51. Saya tidak merasa ada hal lain di luar itu," kata Bolton, seperti dikutip NBC News.
Wacana Trump menjadikan Kanada bagian dari Amerika memang gencar diucapkan setelah Trump berselisih dengan Trudeau belakangan ini. Wacana itu semakin kencang disuarakan usai Trudeau mengumumkan rencana pengunduran dirinya pada 6 Januari lalu.
Trudeau mundur diduga karena gejolak politik di Kanada seiring dengan masalahnya dalam mengatasi ekonomi negara itu.
Lihat Juga : |
Trump begitu semangat mengolok-olok Trudeau sampai-sampai mengunggah peta bergabungnya AS dan Kanada di media sosialnya, Truth Social.
Pemerintah Greenland sudah merespons tegas pernyataan Trump soal pembelian pulau itu.
Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, menegaskan pulau di wilayah Arktik tersebut tidak untuk dijual. Denmark juga sudah menolak mentah-mentah wacana Trump dengan menyebutnya absurd.
Trump mengancam bakal mengenakan tarif pada Denmark jika menolak untuk menjual Greenland padanya. Meski begitu, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen tetap bersikeras bahwa Greenland tidak untuk dijual.
Otoritas Terusan Panama sementara itu menyatakan pihaknya tetap akan berlaku adil terkait penerapan tarif kepada kapal-kapal negara yang melintas.
Administrator Otoritas Terusan Panama Ricuarte Vasquez Morales mengatakan tak ada pengecualian dalam kebijakan itu.
"Kami tidak dapat mendiskriminasi China atau Amerika atau siapa pun. Ini akan melanggar perjanjian netralitas, hukum internasional, dan itu akan menyebabkan kekacauan," ucapnya, seperti dikutip AFP, Rabu (8/1).
Lihat Juga : |
Untuk Kanada, Trudeau juga sudah menanggapi dengan menyatakan tak ada sedikit pun peluang Kanada bergabung dengan AS.
Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly juga menyatakan ucapan Trump mengenai rakyat Kanada tak lagi menderita jika bergabung dengan AS menunjukkan "kurangnya pemahaman" tentang Ottawa.
Trump mengatakan bahwa rakyat Kanada senang menjadi negara bagian ke-51. Menjadi bagian dari AS menurutnya akan melepaskan penderitaan Kanada dari beban tarif, tingginya pajak, hingga ancaman dari Rusia dan China.
Mengenai ini, Joly menekankan ekonomi Kanada kuat dan rakyat Kanada tak akan pernah mundur dalam menghadapi ancaman apapun.
(blq/bac)